UP
    Latest News
Showing posts with label jember united. Show all posts
Showing posts with label jember united. Show all posts

Pemain Asing Jember United Digaji Rp 5 Juta per Bulan

Pemain Asing Jember United Digaji Rp 5 Juta per Bulan
Manajemen Jember United , Jawa Timur, benar-benar berhemat menghadapi kompetisi Divisi Utama PT Liga Indonesia 2013. Pemain lokal dan asing digaji bulanan dengan nominal tak lebih dari Rp 10 juta.

Gaji bulanan Pemain lokal Jember United berkisar pada Rp 2-3 juta per bulan. Sementara gaji pemain asing sekitar Rp 5 juta. "Pemain sekarang juga memaklumi kondisi pendanaan Jember United. Biasanya dikontrak dengan nilai puluhan dan ratusan juta rupiah, sekarang digaji bulanan," kata Penasihat Yayasan Jember United, Miftahul Ulum.

Menurut Ulum, jumlah gaji berdasarkan kemampuan teknis dan pengalaman bertanding sang pemain. "Kalau lokal ya tak lebih dari Rp 5 juta. Pemain asing tidak mahal. Bisa Rp 5 juta tapi yang jelas di bawah Rp 10 juta," katanya. Rencananya Jember United akan memakai jasa 2 pemain asing dari Afrika.

Kendati digaji murah, Ulum yakin pemain tak akan lari. Kondisi klub sepakbola di semua daerah sama: tidak ada modal berlimpah. "Jangankan Jember United, Pelita Jaya saja kesulitan," kata Ulum.

Ulum hanya berpesan kepada manajemen, agar tidak terlambat membayar gaji para pemain. "Jangan sampai gaji kecil, tapi terjadi keterlambatan pembayaran," katanya. [wir]

Ingin masuk ISL , Jember United Kontrak Trio Asing

Ingin masuk ISL , Jember United Kontrak Trio Asing
- Krisis dana yang dialami jember unitedtak menghalangi manajemen untuk mengontrak tiga pemain asing. Andalkan subsidi dari PT Liga Indonesia.

Ketua Umum jember united sementara, Sunardi, mengatakan, pihaknya mengontrak 25 pemain. Salah satu pemain asing yang dikontrak adalah pemain belakang asal kamerun yang bermain sejak musim lalu, Junior. "Dua lagi adalah pemain depan asal Oman dan pemain tengah asal Kamerun," katanya.

Rencananya, 20 Januari mendatang, para pemain asing itu sudah merapat ke Jember. Mereka akan dipersiapkan turun menjamu Persipasser dalam laga kandang Divisi Utama versi PT LI, 28 Januari 2013 mendatang, di Stadion Notohadinegoro.

Ditanya soal dana untuk mengontrak tiga pemain asing itu, Sunardi tak terlampau cemas. "Tidak jadi persoalan. Yang penting mereka mau. Saya akan berusaha, paling tidak kita akan memanfaatkan bantuan dari PT LI," katanya.

Musim kompetisi 2013 ini PT LI akan memberikan bantuan Rp 450 juta. Menurut Sunardi, nominal ini lebih kecil daripada musim 2011/2012 lalu yang mencapai Rp 500 juta.

Terkait nominal gaji seluruh tim, terutama pemain lokal, Sunardi mengakui lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Namun ia percaya itu tak akan menghalangi tim berjuluk Macan Raung ini berprestasi. "Insya Allah kami akan lebih baik dari tahun kemarin," katanya. Target jember united tetap: masuk tiga besar untuk bisa lolos ke Liga Super Indonesia.

Berapa gaji terendah? Sunardi menampik memberitahu. "Itu jadi rahasia pemain sendiri," katanya. [wir]

Jembut Kesulitan dana , Klub-Klub Jatim Rawan 'Kemiskinan'

Jembut Kesulitan dana , Klub-Klub Jatim Rawan 'Kemiskinan'
Krisis finansial yang melanda klub-klub sepakbola sangat berpotensi terulang musim depan. Jawa Timur sebagai penyumbang paling banyak klub sepakbola profesional menjadi paling rawan didera 'kemiskinan' seperti yang telah terjadi musim sebelumnya.

Provinsi dengan 38 kabupaten/kota ini total memiliki 23 klub sepakbola profesional. Jumlah itu terbagi delapan klub di ISL/IPL, serta 15 klub Divisi Utama. Secara nyata lebih dari separuh kabupaten/kota di Jawa Timur memiliki klub sepakbola yang berstatus profesional.

Persoalannya, klub-klub tersebut masih diragukan bisa membiayai operasional dengan dana mandiri atau tanpa dukungan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Terutama klub-klub Divisi Utama yang sebagian besar justru berasal dari kabupaten/kota dengan potensi sponsorship kecil.

Di kancah Divisi Utama, terdapat sembilan klub di bawah PT Liga Indonesia (KPSI) dan enam klub anggota PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS). Klub-klub di level inilah yang paling rawan terkena krisis karena sulitnya menggali dana, baik dari sponsor maupun tiket penonton.

Blitar misalnya, memiliki dua klub yang bertanding di liga berbeda, yakni PSBI Kota Blitar dan PSBK Kabupaten Blitar. Berjejalnya dua klub di wilayah yang sama, membuat mereka berebut sumber dana di wilayah Blitar yang faktanya sangat minim. Tak heran keduanya selalu kesulitan menghidupi diri.

Tanda-tanda lain juga sudah tampak ketika jembut (jember united) menyatakan kesulitan mencari dana dan ada kemungkinan menjual klub. Kendati memperkirakan dana operasional klub selama semusim cukup 'murah', yakni sekitar Rp2 miliar semusim, namun Jembut masih pesimistis bisa memenuhi nominal itu.

Kondisi itu tak hanya dialami jembut, tapi juga beberapa klub lain di level Divisi Utama. Tidak adanya dana APBD plus rendahnya daya jual klub di mata sponsor menjadikan klub kebingungan mencari dana. PSBK Blitar, Perseta Tulungagung, Perseba Bangkalan hingga Persibon Bondowoso belum jelas sumber dananya.

Ironisnya, walaupun tidak ada jaminan bakal memiliki modal ke kompetisi, PT LI memasukkan mereka ke Divisi Utama KPSI yang bergulir Januari mendatang. “Saya tidak yakin klub-klub di Divisi Utama benar-benar profesional. Mereka rata-rata belum memiliki sumber dana yang pasti,” ucap pengamat sepakbola asal Malang, Suyitno.

Dengan dipaksakan mengikuti liga tanpa ada jaminan finansial, menurutnya bakal memperbesar peluang terjadinya krisis keuangan. Pada akhirnya pemain bakal menjadi korban ketika kantong klub kempis di tengah jalan, seperti yang terjadi pada Diego Mendieta.

“Harusnya pengalaman Diego Mendieta itu dijadikan pelajaran dengan memperketat aturan keuangan klub. Tapi tampaknya belum ada yang peduli, baik PSSI maupun KPSI. Mereka mengatakan ada verifikasi, tapi itu tak pernah benar-benar mengontrol kemampuan klub,” tambahnya.

Selama ini berlaku hukum logika, bahwa klub yang survive adalah klub dari kota yang memiliki perusahaan besar. Sayangnya itu juga sudah tidak berlaku. Persik Kediri yang dulunya akrab dengan perusahaan rokok Gudang Garam, nyatanya sekarang tak lagi bekerjasama.

Atau Persibo Bojonegoro yang di wilayahnya bercokol perusahaan minyak asing Exxon, justru tak pernah merasakan hubungan sponsorship. Bisa dibayangkan bagaimana susahnya klub yang berasal dari kabupaten/kota yang tidak memiliki potensi apa pun. “Mengandalkan pengusaha juga belum terjamin kelangsungannya,” cetus Suyitno.

Kondisi seperti itulah yang membuat sepakbola profesional kembali dalam pertaruhan besar musim depan. Jika situasinya tidak lebih baik dibanding musim lalu, maka lagi-lagi pemain yang bakal menjadi korban. Mereka harus bersiap tidak menerima gaji selama berbulan-bulan.(sh)

Jembut Siap Suplai Pemain untuk PSSI dan KPSI

Jembut Siap Suplai Pemain untuk PSSI dan KPSI
Jember United (jembut )tetap akan menyumbangkan pemain untuk tim nasional resmi yang dibentuk Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia dan tim nasional tandingan yang dibentuk Komisi Penyelamat Sepakbola Indonesia.

Ketua Umum jembut Sirajuddin menegaskan, klub itu berdiri 10 November 2010 dengan tujuan pembinaan pemain muda. "Konsep kami, 75 persen pemain muda dari Jember, Jawa Timur," katanya.

Jember United sendiri memilih berlaga di kompetisi Divisi III versi KPSI. Namun, sejumlah pemain yang saat ini memperkuat jembut dipanggil oleh timnas dari kubu yang berseteru. "Tiga orang dipanggil Pak Nyalla (Ketua PSSI Versi KPSI La Nyalla Mattalitti) dan tiga orang dipanggil Pak Djohar (Ketua Umum PSSI Djohar Arifin)," kata Sirajuddin.

Tiga orang pemain jembut   yang bergabung dalam tim versi KPSI adalah Cakrayudha, Wahyu, dan Hafifi. Sementara itu, tiga pemain yang memperkuat Timnas U-17 PSSI adalah Sabeq Fahmi, Anas, dan Paolo Oktavianus.

"Kami memang berharap mewujudkan pemain muda asli Jember yang bisa tampil di ajang nasional dan internasional. Jadi untuk tim tingkat yunior, tak perlu dipolemikkan, karena ini pembinaan amatir. Polemik hanya terkait liga tertinggi, yakni ISL," kata pria yang juga Sekretaris PSSI Kabupaten Jember ini.

jembut berharap pemain-pemain muda klub itu bisa diambil oleh Persid. Persid dan Jember United sudah disepakati oleh pemangku kepentingan sepakbola di Jember untuk saling membantu dalam pembinaan pemain lokal Jember. [wir]