UP
    Latest News

Sejarah Tentang Penemuan Lambang Burung Garuda

Sejarah Tentang Penemuan Lambang Burung Garuda
Garuda merupakan lambang Negara Indonesia, hampir semua orang tahu itu. Namun hanya sebagian orang saja yang mengetahui siapa penemunya dan bagaimana kisah hingga menjadi lambang kebanggaan negara ini.
Sewaktu Republik Indonesia Serikat dibentuk, dia diangkat menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio dan selama jabatan menteri negara itu ditugaskan Presiden Soekarno merencanakan, merancang dan merumuskan gambar lambang negara.Dia lah Sultan Hamid II yang berasal dari Pontianak.

Dia teringat ucapan Presiden Soekarno, bahwa hendaknya lambang negara mencerminkan pandangan hidup bangsa, dasar negara Indonesia, di mana sila-sila dari dasar negara, yaitu Pancasila divisualisasikan dalam lambang negara. Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan Hamid II dengan susunan panitia teknis M Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantoro, M A Pellaupessy, Moh Natsir, dan RM Ng Purbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah.

Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku “Bung Hatta Menjawab” untuk melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M Yamin.

Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR RIS adalah rancangan Sultan Hamid II. Karya M Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari dan menampakkan pengaruh Jepang.

Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II), Presiden RIS Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan untuk keperluan penyempurnaan rancangan itu. Terjadi kesepakatan mereka bertiga, mengganti pita yang dicengkeram Garuda, yang semula adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan menambahkan semboyan “Bhineka Tunggal Ika”.

Tanggal 8 Februari 1950, rancangan final lambang negara yang dibuat Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan final lambang negara tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan, karena adanya keberatan terhadap gambar burung garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap bersifat mitologis.

Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali-Garuda Pancasila. Disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta sebagai perdana menteri. AG Pringgodigdo dalam bukunya “Sekitar Pancasila” terbitan Dep Hankam, Pusat Sejarah ABRI menyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS. Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih “gundul” dan “tidak berjambul” seperti bentuk sekarang ini. Inilah karya kebangsaan anak-anak negeri yang diramu dari berbagai aspirasi dan kemudian dirancang oleh seorang anak bangsa, Sultan Hamid II Menteri Negara RIS.

Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes Jakarta pada 15 Februari 1950. Penyempurnaan kembali lambang negara itu terus diupayakan. Kepala burung Rajawali Garuda Pancasila yang “gundul” menjadi “berjambul” dilakukan. Bentuk cakar kaki yang mencengkram pita dari semula menghadap ke belakang menjadi menghadap ke depan juga diperbaiki, atas masukan Presiden Soekarno. Tanggal 20 Maret 1950, bentuk final gambar lambang negara yang telah diperbaiki mendapat disposisi Presiden Soekarno, yang kemudian memerintahkan pelukis istana, Dullah, untuk melukis kembali rancangan tersebut sesuai bentuk final rancangan Menteri Negara RIS Sultan Hamid II yang dipergunakan secara resmi sampai saat ini.

source: http://halpalingunik.blogspot.com/2010/11/penemu-lambang-garuda.html

Puisi 'NEGERI PARA BEDEBAH'

Puisi 'NEGERI PARA BEDEBAH'

NEGERI PARA BEDEBAH

karya Adhie Massardi
Ada satu negeri yang dihuni para bedebah
Lautnya pernah dibelah tongkat Musa
Nuh meninggalkan daratannya karena direndam bah
Dari langit burung-burung kondor jatuhkan bebatuan menyala-nyala
Tahukah kamu ciri-ciri negeri para bedebah?
Itulah negeri yang para pemimpinnya hidup mewah
Tapi rakyatnya makan dari mengais sampah
Atau jadi kuli di negeri orang yang upahnya serapah dan bogem mentah
Di negeri para bedebah
Orang baik dan bersih dianggap salah
Dipenjarakan hanya karena sering ketemu wartawan
Menipu rakyat dengan pemilu menjadi lumrah
Karena hanya penguasa yang boleh marah
Sedang rakyatnya hanya bisa pasrah
Maka bila negerimu dikuasai para bedebah
Jangan tergesa-gesa mengadu kepada Allah
Karena Tuhan tak akan mengubah suatu kaum
Kecuali kaum itu sendiri mengubahnya
Maka bila negerimu dikuasai para bedebah
Usirlah mereka dengan revolusi
Bila tak mampu dengan revolusi,
Dengan demonstrasi
Bila tak mampu dengan demonstrasi, dengan diskusi
Tapi itulah selemah-lemahnya iman perjuangan



source: http://idiotnesia.com/2010/04/22/negeri-para-bedebah/

Tumbuhan Yang Makan Hewan (Tumbuhan Karnivora)

Tumbuhan Yang Makan Hewan (Tumbuhan Karnivora)
Definisi
Apakah yang dimaksud dengan tanaman karnivora dan ciri apakah yang menjadi patokan bahwa tanaman tertentu dikategorikan karnivora? Karnivora berarti pemakan daging. Dengan demikian tanaman karnivora bisa diartikan sebagai tanaman yang memakan binatang dengan cara menjebak dan mencerna makanannya tersebut. Semula tanaman ini disebut sebagai insektivora alias pemakan serangga, tetapi selanjutnya istilah karnivora lebih tepat digunakan karena beberapa tanaman diketahui dapat menjebak dan mencerna binatang selain seperti mamalia kecil, reptil dan katak. Di antaranya pernah ditemukan kerangka tupai dan kadal dalam kantung Nepenthes rajah, bangkai tikus dalam kantung N. truncata, serta katak kecil dan cicak yang tertangkap perangkap Dionaea.



Gambar 1: Bangkai tikus yang ditemukan dalam kantung Nepenthes truncata (kiri-atas); Cicak yang terperangkap jebakan Dionaea muscipula (kanan-atas); Katak kecil yang terperangkap jebakan D. muscipula dan sisa-sisanya (bawah).


Ciri khusus dari tanaman karnivora antara lain mampu menarik mangsa (berdasarkan bentuk, warna, bau, atau sarana lainnya), menjebak mangsa, mencerna mangsa, dan menyerap hasil cerna. Cara mencerna mangsa utamanya dengan menggunakan enzim pencerna dan aktivitas bakteri. Beberapa tanaman karnivora tidak memproduksi enzim dan hanya mengandalkan peruraian oleh bakteri saja. Organ pencerna tanaman karnivora adalah daun yang termodifikasi.
Ada satu tanaman yang tidak bersifat karnivora namun bijinya menunjukkan sifat tersebut, yaitu Capsella bursa-pastoris (Brassicaceae). Biji tanaman ini mampu menarik, membunuh, dan mencerna protozoa, nematoda, dan bakteri.

Mekanisme Penjebak
Secara garis besar ada dua macam mekanisme penjebak, yaitu aktif dan pasif bergerak. (Pietropaolo, 1986)

Mekanisme penjebak aktif melibatkan pergerakan cepat. Ada dua tipe mekanisme penjebak aktif, yaitu tipe jebakan jepit dan tipe penyedot 'jebakan tikus'.
Tipe jebakan jepit dapat ditemui pada Dionaea dan Aldrovanda. Jebakan terdiri dari dua lobus berbentuk oval hingga segi empat yang bertemu di salah satu sisinya dan dalam keadaan terbuka. Saat mendapat rangsangan kedua lobus akan bergerak cepat, mengatup ke arah satu sama lain dan menjebak mangsa di dalamnya.


Gambar 2: Perangkap tipe jepit pada Dionaea muscipula.

Tipe penyedot 'jebakan tikus' dapat ditemui pada Polypompholyx dan Utricularia. Jebakan berbentuk seperti bola atau bulat telur. Salah satu sisi terdapat semacam pintu yang mengarah ke dalam. Tekanan di dalam penjebak lebih rendah daripada luarnya. Saat rambut pemicu pada pintu tersentuh oleh serangga maka pintu akan terbuka dan segera menyedot mangsa karena pengaruh perbedaan tekanan tersebut.


Gambar 3: Perangkap tipe penyedot 'jebakan tikus' pada Utricularia.

Mekanisme penjebak pasif tidak melibatkan pergerakan cepat. Ada tiga tipe mekanisme penjebak pasif, yaitu lubang perangkap (pitfall), lobster, dan kertas perekat lalat (flypaper).
Tipe lubang perangkap dapat ditemui pada Cephalotus, Darlingtonia, Heliamphora, Nepenthes, dan Sarracenia. Penjebak berupa daun berbentuk corong licin dengan cairan di dasarnya.


Gambar 4: Perangkap tipe lubang (pitfall) pada Sarracenia.

Tipe lobster dapat ditemui pada Genlisea. Perangkap berupa dua lengan spiral dengan rambut-rambut yang mengarahkan mangsa ke arah dalam.


Gambar 5: Perangkap tipe lobster pada Genlisea.

Tipe kertas perekat lalat dapat ditemui pada Drosera, Pinguicula, Byblis, Triphyophyllum, Drosophyllum, dan Roridula. Mangsa ditangkap dengan menggunakan musilago atau resin yang dihasilkan oleh tentakel yang menutupi permukaan daun.


Gambar 6: Perangkap tipe kertas perekat lalat pada Drosera.








Jenis Tanaman Karnivora
Ada sekitar 600 spesies tanaman karnivora. Berikut ini beberapa contoh genus yang dikategorikan tanaman karnivora:

Sarracenia - Sarraceniaceae


Gambar 7: Sarracenia x 'Dana's Delight'

Tanaman berkantung ini berasal dari Amerika Utara. Sarracenia memiliki rimpang dengan akar serabut, daun berbentuk corong yang selanjutnya disebut kantung. Pada bagian atas daun terdapat bentuk tambahan semacam penutup. Kantung biasanya membentuk roset sekitar titik tumbuh pada rimpang. Bagian dalam kantung dibagi menjadi 4 zona berdasarkan fungsi dan struktur permukaannya (Lihat gambar 4). Zona pertama pada bagian permukaan penutup yang mengandung kelenjar nektar dan rambut yang mengarah ke bawah disebut zona penarik. Zona kedua, tepat di bawah zona pertama, mengandung banyak kelenjar nektar dan permukaannya halus. Zona ketiga mengandung banyak kelenjar pencerna dan permukaannya licin berlilin. Zona keempat merupakan area pencerna dan penyerap, mengandung banyak rambut yang mengarah ke bawah. Fungsi rambut yang mengarah ke bawah adalah untuk mencegah mangsa lolos dari cairan maut.

Heliamphora - Sarraceniaceae


Gambar 8: Heliamphora pulchelli

Heliamphora berasal dari Amerika Selatan. Sama seperti Sarracenia, Heliamphora mempunyai rimpang. Kantung terbentuk dari gulungan daun seperti kerucut atau lonceng. Bagian atas terdapat tudung kecil seperti sendok dengan bagian yang cekung menghadap ke bawah. Di tudung ini terdapat banyak kelenjar nektar. Area di bawah tudung dan sekitar bibir kantung juga terdapat banyak kelenjar nektar, bercampur dengan rambut yang mengarah ke bawah. Tanaman ini tidak membentuk enzim pencernaan. Mekanisme pencernaan mutlak mengandalkan bantuan bakteri pengurai.

Darlingtonia - Sarraceniaceae


Gambar 9: Darlingtonia californica

Genus ini hanya terdiri dari satu spesies, Darlingtonia californica. Tanaman karnivora yang disebut juga cobra lily ini berasal dari area pegunungan Amerika Utara. Daun tumbuh dari rimpang ke atas membentuk kantung dengan ujung berkubah dengan dua sirip. Sirip ini diduga berperan sebagai tempat landasan mangsa sebelum masuk ke dalam mulut kantung yang mengarah ke bawah. Di sisi dalam mulut kantung ini banyak terdapat kelenjar nektar. Bagian kubah hampir transparan. Setelah mangsa masuk kubah ini dapat menipunya hingga mangsa menabrak dinding dalam kubah dan tercebur ke dalam cairan. Sisi dalam kantung Darlingtonia sama dengan kantung Sarracenia, banyak terdapat rambut yang mengarah ke bawah untuk mencegah mangsa memanjat naik. Ukuran daun atau kantung dapat mencapai lebih dari 90 cm. Pada tanaman dewasa, rimpang dapat membentuk stolon.

Nepenthes (tropical pitcher plants) - Nepenthaceae



Gambar 10 (searah jarum jam): Nepenthes bicalcarata, N. aristolochioides, N. northiana, N. jacquelineae.

Sekitar 60% dari semua spesies Nepenthes yang ada ditemukan di daerah Indonesia, mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi hingga Papua. Tanaman yang dikenal sebagai kantung semar ini memiliki daun yang ujungnya termodifikasi menjadi kantung perangkap. Kantung tanaman yang berumah dua ini memiliki dua bagian, yaitu area licin di bagian atas dan area digesti di bagian bawah. Bibir (peristom) dan bagian bawah tutup kantung mengandung kelenjar nektar untuk menarik mangsa, kecuali pada N. ampullaria (Suska, 2006). Bentuk kantung beragam, mulai dari tempayan, bulat telur, silinder, hingga bentuk corong atau seperti kloset duduk. Dalam satu individu juga bisa ditemui ada 3 bentuk kantung, yaitu kantung bawah, kantung pertengahan, dan kantung atas.

Dionaea (venus flytraps) - Droseraceae


Gambar 11: Dionaea muscipula.

Mungkin bisa dikatakan dari antara tanaman karnivora, Dionaea muscipula alias venus flytraps adalah yang paling populer. Banyak gambaran kartun dan komik menggambarkan keganasan tanaman yang menyerupai tanaman ini. Tanaman yang endemik di daerah Carolina Utara dan Selatan ini memiliki daun yang termodifikasi menjadi penjebak serupa jepit dengan beberapa rambut sensor gerak di dalamnya. Serangga yang terjebak akan dijepit dengan erat dan mulai dicerna dengan enzim yang dikeluarkannya.

Aldrovanda (waterwheel plant) - Droseraceae


Gambar 12: Aldrovanda vesiculosa.

Hanya ada satu spesies dalam genus ini, yaitu Aldrovanda vesiculosa. Tanaman air tanpa akar yang mengambang di air ini memiliki mekanisme penjebak yang sama dengan Dionaea muscipula dengan ukuran yang lebih kecil dan berfungsi di dalam air.

Drosophyllum - Droseraceae


Gambar 13: Drosophyllum lusitanicum.

Satu-satunya spesies dalam genus ini adalah Drosophyllum lusitanicum. Tanaman ini tumbuh di area yang relatif kering dan berbatu di Spanyol, Portugal dan Maroko. D. lusitanicum dapat mencapai tinggi 1.4 meter dengan sistem akar serabut. Daun tipis panjang hingga mencapai 25 cm. Tiap daun dipenuhi dua macam kelenjar: kelenjar tentakel penghasil musilago perekat untuk menjebak mangsa dan kelenjar sesil penghasil enzim pencerna sekaligus penyerap hasil cerna. Tidak seperti pada Drosera, kelenjar tentakel tidak bergerak saat menangkap mangsa.

Drosera (sundew) - Droseraceae


Gambar 14: Drosera capensis.

Genus ini memiliki lebih dari 100 spesies dengan ukuran (mulai dari beberapa mm hingga 1 meter) dan bentuk daun yang beragam (mulai dari memanjang sampai membulat). Pada daun terdapat kelenjar berbentuk bulat dengan tangkai panjang yang disebut tentakel. Jika ada serangga yang tertangkap tentakel di sekitar mangsa akan bergerak mendekat. Beberapa spesies bahkan menggulung atau menekuk daunnya untuk memperbesar area kontak dengan mangsa. Drosera mampu menghasilkan enzim pencerna.

Byblis (rainbow plants) - Byblidaceae


Gambar 15: Byblis liniflora.

Sebelumnya genus ini diklasifikasikan dalam familia Lentibulariaceae dan Droseraceae, namun akhirnya diklasifikasikan dalam familia tersendiri, Byblidaceae. Tanaman ini mirip dengan Drosophyllum tapi memiliki rimpang. Seluruh bagian tanaman ditutup oleh dua macam kelenjar, yaitu kelenjar tentakel perekat dan kelenjar penyerap. Byblis diketahui tidak memiliki kelenjar digesti. (Hartmeyer, 1997) Dalam memproses mangsa yang telah ditangkapnya, Byblis bekerja sama atau bersimbiosis dengan serangga Setocornis sp. Serangga ini mampu bergerak di antara musilago perangkap Byblis tanpa terjebak di dalamnya (Hartmeyer, 1998). Sama seperti Drosophyllum, kelenjar tentakel perekat tidak bergerak saat menangkap mangsa.

Cephalotus - Cephalotaceae


Gambar 16: Cephalotus follicularis.

Hanya ada satu spesies dalam genus ini, yaitu Cephalotus follicularis. Tanaman ini berasal dari daerah berawa di barat daya Australia. Daun membentuk roset pada rimpang. Kantung berbentuk seperti mug dengan tutup yang penuh rambut pada permukaannya. Daun dan kantung terhubung oleh tendril yang menempel pada punggung kantung. Ukuran kantung dapat mencapai tinggi 8 cm dan diameter 3 cm. Pada kantung terdapat 3 sayap berbulu yang menunjang kekakuan kantung. Satu sayap berada di depan, sedangkan dua lainnya di kanan-kirinya melintang dari depan-atas ke belakang-bawah. Bibir kantung bergerigi. Di sisi dalam di bawah bibir terdapat area yang mengandung kelenjar nektar. Pada sisi dalam dasar kantung, di antara sayap depan dan sayap samping terdapat kelenjar digesti yang menghasilkan enzim pencerna mangsa.  








Pinguicula (butterwort) - Lentibulariaceae


Gambar 17: Pinguicula moranensis

Tanaman ini benar-benar kertas perekat serangga hidup dengan daun lengketnya yang melebar. Saat menangkap mangsa yang umumnya adalah serangga kecil daun akan sedikit menggulung, meskipun tidak sebesar gerakan beberapa spesies Drosera.

Utricularia (bladderwort)- Lentibulariaceae
Ada sekitar 300 jenis Utricularia yang tersebar dari kutub hingga daerah tropis. Bisa dipastikan genus ini adalah yang terbesar di antara genus tanaman karnivora yang lain. Tempat hidupnya juga sangat beragam, mulai dari terapung dalam air, terapung di air tapi terikat pada tanah di dasarnya, terestrial pada tanah basah, hingga epifit pada dahan pohon yang tertutup moss.
Penutupan pintu penjebak Utricularia lebih cepat dari penutupan penjebak Dionaea. Penjebak umumnya menangkap mangsa kecil, tetapi tidak menutup kemungkinan menangkap mangsa yang berukuran lebih besar atau lebih panjang dengan menghisap sedikit demi sedikit. Proses pencernaan dilakukan dengan enzim dan aktivitas bakteri.

Polypompholyx - Lentibulariaceae
Dua spesies dari genus ini, Polypompholyx multifida dan P. tenella, ditemukan di Australia. Bentuknya mirip dengan spesies Utricularia terestrial. Perbedaannya hanya pada jumlah sepal (kelopak bunga) dan struktur perangkap. Polypompholyx memiliki 4 kelopak, sedangkan Utricularia hanya 2 kelopak. Lubang penjebak Utricularia berada pada posisi yang berlawanan dengan tangkai penghubung penjebak dengan batangnya, sedangkan pada Polypompholyx lubang dan tangkai penghubung menghadap ke arah yang sama. Metode penjebak sama dengan Utricularia.

Gensilea - Lentibulariaceae
Genlisea tumbuh di tanah basah daerah tropis Afrika, Madagaskar, dan Amerika Selatan. Tanaman ini mempunyai dua macam daun, yaitu daun lembaran memanjang dan daun penjebak. Penjebak terdiri dari bola yang terhubung dengan dua lengan saluran spiral. Satu lengan terpilin searah jarum jam, sedangkan lengan lainnya berlawanan. Struktur daun perangkap ini tergantung ke arah bawah ke dalam air. Mangsa yang memasuki saluran akan dipandu dengan rambut-rambut yang mengarah ke bola penjebak, tempat proses pencernaan dan penyerapaan hasil cerna berlangsung.

Roridula - Roridulaceae
Roridula mampu memerangkap serangga, namun tidak dapat mencernanya karena tidak memiliki kelenjar digesti. Tanaman ini bersimbiosis dengan serangga karnivora tertentu (Pameridea marlothii, P. roridulae, Synaema marlothi) yang memangsa serangga yang terperangkap dan hasil defekasinya diserap oleh tanaman. Uniknya, serangga karnivora tersebut tidak terperangkap oleh rambut lengket Roridula. (Anderson dan Midgley, 2003)
Rambut kelenjar Roridula menghasilkan resin tidak larut air dan sangat lengket, bahkan lebih kuat daripada musilago Drosera atau Pinguicula. Karena itu, Roridula sanggup menangkap serangga yang lebih besar daripada yang dapat ditangkap oleh Drosera atau Pinguicula. (Opel, 2005)

Triphyophyllum - Dioncophyllaceae
Familia Dioncophyllaceae terdiri dari tiga spesies, yaitu Triphyophyllum peltatum, Habropetalum dawei, dan Dioncophyllum thollonii. Dari ketiga spesies tersebut hanya T. peltatum yang diketahui memiliki daun berkelenjar pada periode tertentu dalam masa hidupnya. Sifat karnivora 'paruh waktu' ini yang membedakan tanaman ini dengan tanaman karnivora lainnya. (Bringmann et al, 2002)

Eucnide urens (desert stingbush) - Loasaceae
Jenis ini memiliki trikoma beracun pada permukaan daunnya yang langsung mematikan serangga yang terkena. uniknya serangga selalu berada pada permukaan bawah daun. (Metzler, 2006; Rice, 2006)

33 Adalah Usia Tersibuk Dalam Hidup Kita

33 Adalah Usia Tersibuk Dalam Hidup Kita
Sebuah survei memperkirakan usia 33 merupakan usia paling sibuk, yaitu usia ketika perjuangan untuk menyeimbangkan pekerjaan, keluarga, dan aktivitas sosial memerlukan lebih banyak waktu ketimbang titik lain di hidup kita.

Seperti dikutip dari Daily Mail, usia 33 sangatlah sibuk sampai-sampai banyak orang tidur hanya lima jam setiap malam. Hasil survei menyebutkan bahwa dua pertiga responden mengaku menghabiskan waktu lebih dari 38 jam seminggu di kantor.

Sekitar 60 persen mengatakan mereka memaksakan diri untuk melipatduakan waktu bekerja dan sosial supaya semua rencana bisa dilaksanakan.

Jika waktu pekerjaan dan komitmen keluarga menjadi hal yang mutlak ditaati, orang yang berusia 33 tahun hanya memiliki sisa satu jam bagi diri sendiri.

Seperlima responden mengatakan mereka begitu sibuk sehingga mereka tak memiliki waktu untuk pergi keluar dan bersosialisasi.

56 persen secara reguler terpaksa membawa pekerjaannya pulang, tulis penelitian yang dilakukan olaeh penyedia jasa surat elektronik internet Hotmail.

Sekitar 90 persen dari wanita usia 33 tahun di survei itu berpandangan mereka lebih sibuk ketimbang pria pada usia yang sama.

Anggapan tersebut ada pada perempuan yang sedang mengejar karir pada tingkatan senior, yang ingin menikah, dan yang memiliki keluarga.

Jika usia 33 adalah yang paling sibuk, maka menginjak usia 55 tahun tekanan di kehidupan kita menjadi lebih ringan, utamanya karena karir kita telah melemah seiring waktu dan anak-anak sudah mandiri.

Pada usia itu kami memiliki rata-rata waktu satu jam 23 menit untuk diri sendiri setiap hari.

Mereka yang memiliki usia lebih dari 55 tahun menghabiskan rata-rata 30 jam di kantor, dan tak sampai setengah yang membawa pulang pekerjaan.

Fiona Fyfe dari Hotmail mengatakan statistik penelitian itu menunjukkan bahwa setiap orang berjuang untuk meningkatkan prioritas dalam kehidupan.

"Ketika kita mencapai usia 30-an, karir kita cenderung mendapat tekanan tinggi dan kita memiliki tanggung jawab lebih besar dalam kehidupan pribadi."


source: http://kedooon.blogspot.com/2010/11/usia-33-rilekser-akan-jadi-usia-yang.html

OM Monata - Koleksi Lagu 2010

OM Monata - Koleksi Lagu 2010

Mawar Bodas - Rena KDI - Om Monata.mp3 - 6.1 MB
Sasaran Emosi - Lilin Herlina - Om MOnata.mp3 - 5.8 MB
Susis - Sodik - Om Monata.mp3 - 5.2 MB
Tamu Malam Minggu - Alvi Damayanti - Om Monata.mp3 - 4.5 MB
Aishiteru - Devi - OM Monata.mp3 - 6.4 MB
Aku Padamu - Anjar - 4.2 MB
Azza - Sodik - Om Monata.mp3 - 5.7 MB
Bukan Cerita Dusta - Anjar Agustine - Om Monata.mp3 - 6.8 MB
Bulan - Citra Marselina - Om Monata.mp3 - 3.4 MB
Cinta - Duo Virgin - Om Monata.mp3 - 4.0 MB
Cinta Satu Malam - Ratna Antika - Om Monata.mp3 - 3.6 MB
Keong Racun - Anjar - OM Monata.mp3 - 6.4 MB
Mau Dibawa Kemana - Ratna Antika - Om Monata.mp3 - 5.6 MB

Link sudah beres gan..tinggal download aja..

Download Lagu OM Monata - Koleksi Terbaik mp3 gratis dari pandumusica.info,lagu dari artis,band,musisi OM Monata - Koleksi Terbaik gratis hanya untuk review lagu. Belilah CD original dan gunakan Nada sambung pribadi NSP, RBT I-RING OM Monata - Koleksi Terbaik agar mereka tetap bisa berkarya dengan lagu terbaru lainnya.This file is not in our server, but we found on the search google and etc.

Ratna Antika - The Best Of The Best

Ratna Antika - The Best Of The Best

Alun - alun nganjuk.mp3
Denpasar arjosari.mp3
Duh senenge.mp3
I'iye yoyo.mp3
Jaket iki.mp3
Mendem roso.mp3
Preman.mp3
Sasak gunting.mp3
Turu nang dadane.mp3
Warung tendo.mp3

Download Lagu Ratna Antika - The Best Of The Best mp3 gratis dari pandumusica.info,lagu dari artis,band,musisi Ratna Antika - The Best Of The Best gratis hanya untuk review lagu. Belilah CD original dan gunakan Nada sambung pribadi NSP, RBT I-RING Ratna Antika - The Best Of The Best agar mereka tetap bisa berkarya dengan lagu terbaru lainnya.This file is not in our server, but we found on the search google and etc.