UP
    Latest News

Innalillahi, Ahmadinejad Menghina Dua Sahabat Rasulullah!

Innalillahi, Ahmadinejad Menghina Dua Sahabat Rasulullah!

IRAN (Arrahmah.com) – Di tengah eforia kemenangannya dalam pemilu Iran yang baru saja digelar, Ahmadinejad sebelumnya mengeluarkan pernyataan yang terang-terangan menghina dua orang sahabat Rasulullah Muhammad saw.
Kecaman dan hinaan Ahmadinejad itu—lebih gila lagi—disampaikan dalam sebuah acara televisi secara langsung di Shabaka 3, saluran televisi Iran, hanya beberapa hari sebelum pelaksanaan pemilu Iran.
Seperti yang diketahui, Iran yang berbasis Syiah ini—salah satu ali
ran Islam yang dianggap menyimpang—sudah sejak lama mempersempit ruang gerak para jamaah ahli Sunnah (kaum Sunni). Di bawah kepemimpinan Ahmadinejad, bahkan para jamaah Sunni mengalami penderitaan yang belum pernah dialami sejak Revolusi Rafidi Khomeini.
Dalam acara itu, Ahmadinejad dengan lugas mengatakan bahwa Talhah dan Zubair adalah dua orang pengkhianat. “Talhah dan Zubair adalah dua orang sahabat Rasul, tapi setelah kepergian Rasul, mereka berdua kembali kepada ajaran sebelumnya dan mengikuti Muawiyah!”
Padahal dalam sejarah, Talhah dan Zubair, dua orang sahabat Rasul itu, tak pernah bertempur dengan Muawiyah, karena keduanya meninggal lama sebelum peperangan Jamal di tahun ke-36 kekhalifahan Islam di mana Muawiyah menjadi rajanya.
Pernyataan Ahmadinejad ini sudah jelas kemana arahnya, yaitu membuat sebuah perbandingan atas sahabat Rasul dulu dengan kejadian politik saat ini di Iran—berkaitan dengan rivalnya Mousavi. Sebelumnya, Ahmadinejad sudah sangat sering menghina sekitar 15 juta penganut Sunni di Iran. Bahkan, pendahulu Ahmadinejad, Rafidi menghina dan menganggap remeh alias menyepelekan 90% Muslim seluruh dunia.
Namun demikian, masih banyak juga pihak atau pengagum Rafidi dan pengingkar sahabat Rasul lainnya seperti Ahmadinejad ini. Mereka adalah orang yang tidak menyadari gerakan Syiah atau mereka yang tak mau memahami rejim 12 Imam ini yang merupakan musuh terbuka terhadap para sahabat Rasul. (sa/alqimmah/sunni-news/ayandenews/eramuslim/arrahmah.com)

Menjaga Makanan Mulai Saat Ini dari Makanan

Menjaga Makanan Mulai Saat Ini dari Makanan

Pada hakekatnya manusia memiliki sifat rakus dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dimana dalam ilmu biologi pun manusia dijadikan sebagai makhlukOmnivor(Pemakan Segala),sehinggamanusia dapat memnuhi kehidupannya dengan segala jenis makanan.Namun untuk di zaman ini perlu adanya ketelitian baik dalam memilih dan mengkonsumsi makanan...mengapa demikian??? hal itu dikarenakan di zaman ini yang namanya makanan sudah banyak campuran bahan kimia yang menyebabkan banyak penyakit dan juga membuat kegemukan bila terlalu banyak mengkonsumsi makanan kimia. Oleh karena itu diperlukan intensifikasi dalam penelitian makanan yang berkualitas yang baik dan bergizi(4 sehat 5 sempurna) dalam mengkonsumsi makan...

Makanan yang berbahan kimia sangatlah berbahaya bagi keadaan tubuh baik di bagian dalam maupun di bagian luar tubuh diantaranya:
-Sukrosa,maltosa,galakosa dapat menyebabkan penimbunan kadar gula yang berlebihan pada tubuh yang menyebabkan Obesitas jika secara berlebihan,
-Pewarna Kimia dapat merusak sistem peredaran darah maupun sistem saraf yang kelamaan dapat menyebabkan keracunan dan kerusakan organ hati,
-Pengawet Kimia dapat merusak sistem saraf yang dapat menyerang otak sert terjadi bernagai ganguan pada saraf,dll
Sebagai manusia kita hendaklah untuk  meneliti,memilah,dan memulai suatu makanan untuk dikonsumsi dengan baik dan penuh pertimbangan agar makanan yang kita konsumsi tidak merugikan bgi tubuh kita diantaranya:
-Awali untuk selalu mengkonsumsi bahan alami yang tidak diolah seperti sayur,buah,dan susu
-Ketika hendak mengkonsumsi makanan selalu untuk meneliti kandungan dalam makanan tersebut
-Seringkali lakukan gerakan olah tubuh seperti fitness,jogging,yoga dan kegiatan yang menguras tenaga agar tubuh menjadi ideal dan tahan dari penyakit,
-Tidur secukupnya dan janganlah terlalu berlebihan agar sirkulsi darah dan gula seimbang....
Masih banyak sekali langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kehidupan ini asalkan adanya kesadaran dari tiap manusia untuk merawat diri di mulai saat ini karena hanya kita sendiri yang dapat merawat jalan hidup ini.

Kesenian Sisingaan Kabupaten Subang

Kesenian Sisingaan Kabupaten Subang

Kesenian Sisingaan Kabupaten Subang
1. Asal-usul dan Perkembangan Kesenian Sisingaan
Kesenian Sisingaan adalah jenis kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di Kabupaten Subang dengan menggunakan sepasang patung sisingaan sebagai cirri khas utama
Sisingaan mulai muncul pada saat kaum penjajah menguasai subang. Pada masa pemerintahan belanda berkuasa di Subang pada tahun 1812 pada saat itu Subang dikenal sebagai daerah Doble bestuur dan dijadikan kawasan perkebunan dengan nama P&T Lands(Pamanoekan en Tjiasemladen). Pada saat Subang dikuasai oleh Belanda masyarakat Subang mulai diperkenalkan dengan lambang Negara mereka yaituCrown atau mahkota kerajaan. Pada saat yang bersamaan Subang juga dikuasai oleh Inggris dan mempetrkenalkan lambang Negaranya yaitu Singa. Sehingga secara administrative subang dibagi ke dalam dua bagian yaitu : Secara politik dikuasai oleh Belanda dan secara Ekonomi dikuasai oleh Inggris.

Dengan adanya tekanan dari penjajah terhadap masyarakat Subang yaitu tekana secara politik, ekonomi, social, dan budaya masyarakat Subang melakukan perlawanan terhadap penjajah. Perlawanan pun tidak hany melalui fisik, akan tetapi dalam bentuk kesenian yang di dalamnya mengandung Silib(Ironi atau sesuatu yang bertentangan dengan kenyataan),Siloka ( khiasan atau melambankan),Sasmita(Contoh criteria yang mengandung arti atau makna). Artinya bahwa tindakan masyarakat Subang diekspresikan secara terselebung melalui sindiran, perumpamaan yang mengena terhadapa keadaan pada saat itu. Salah satu ekspresi jiwa masyarakat Subang mereka mewujudkan dengan cara membuat salah satu kesenian yang dikenal dengan nama kesenian Sisingaan.
Kesenian sisingaan merupakan ungkapan rasa ketidak puasan atau upaya pemberontakan dari masyarakat Subang kepada kaum penjajah.Dengan demikian sepasang sisingaan melambangkan kaum penjajah yaitu Belanda dan Inggris yang menindas masyarakat Subang, atau lambang kebodohan atau kemiskinan.Dengan diciptakan sisingaan tersebut para seniman dapat berharap agar suatu saat generasi muda harus bangkit dan harus mampu mengusir penjajah dari tanah air mereka dan dapat hidup jauh lebih baik lagi.
Sisingaan secara garis besar terdiri dari 4 orang pengusung sisingaan, sepasang patung sisingaan, penunggang sisingaan, waditra,nayaga, dan sinden atau juru kawih. Jadi secara filosofi 4 orang pengusung sisingaan melambang masyarakat pribumi ditindas oleh kaum penjajah, sepasang patung sisingaan melambangkan 2 penjajah(Belanda&Inggris), sedangkan penunggang sisingaan melambangkan generasi muda yang suatu saat harus mampu mengusir penjajah, dan nayaga melambangkan mayarakat yang gembira atau masyarakat subang yang berjuang dan memberi motivasi terhadap generasi muda untuk dapat mengalahkan dan megusir penjajah dari tanah air mereka.
Sisingaan yang diciptakan oelh seniman pada saat itu sangat tepat dengan menggunakan Sisingaan sebagai alat perjuangan untuk melepaskan diri dari tekanan kaum penjajah. Sementara itu kaum penjajah tidak terusik akan tetapi merasa bangga melihat pagelaran Sisingaan, karena lambang mereka (singa) dijadikan sebagai bentuk suatu kesenian rakyat. Penjajah hanya memahami bahwa Sisingaan merupaka karya seni diciptakan sangat sederhana dan spontanitas oleh penduduk pribumi untuk menghibur anak sunat. Akan tetapi maksud rakyat Subang tidak demikian, dengan menggunakan lambang kebesaran mereka dalam bentuk kesenian dengan cara menunggangi dan menjambak rambut Sisingaan merupakan salah satu cara untuk mengekspresikan semua kebencian mereka terhadap kaum penjajah.
Pada wala terbentuknya Sisingaan tidak seperti Sisingaan yang ada pada zaat sekarang. Cikal bakal Sisingaan zaman sekarang adalah singa abrug. Disebut singa abrug karena patung singa ini dimainkan secara usung dan pengusungannya aktif menari sedangkan singa abrug diusungkan kesana kemari seperti mau diadu. Singa abrug pertama kali berkembang di daerah tambakan kecamatan Jalan Cagak.
Pada zaman dulu Sisingaan dibuat dengan sangat sederhana, muka dan kepala singa dibuat dari kayu ringan seperti kayu randu atau albasiah, rambut Sisingaan dibuat dari bunga atau daun kaso dan daun pinus, Sedangkan badan Sisingaan terbuat dari carangka( kerajinan anyaman bambu) yang besar dan ditutupi oleh karung kadut(karung goni) atau ada pula yang dibuat dari kayu yang masih utuh atau kayu gelondongan untuk usungan Sisingaan dibuat dari bambu yang dipikul oleh empat orang. Pembuatan Sisingaan tidak dibuat sendiri akan tetapi dilakukan bersama-sama.
Waditra pada masa itu sangat sederhana hanya memakai beberapa alat musik saja, kemudian lama-kelamaan mengalami perkembangan. Waditra yang dipakai pada masa itu terdiri dari beberapa buah angklung pentatonis yang ber5laras salendro. Alat musik tersebut antara lain:
- 2 buah angklung galimer
- 2 buah angklung indung
- 2 buah angklung pancer
- 2 buah angklung rael
- 2 buah angklung ambrug
- 1 buah angklung engklok
- 1 buah terompet
- 2 buah dogdog lonjor
- 1 buah bedug
- 3 buah terbang
Sementara lagu yang dinyanyikan pada masa itu antara lain: lagu badud, samping butut, manuk hideung, sireum beureum, dan lain-lain. Sedangkan lagu pembuka biasanya menggunakan lagu tunggul kawung. Dan apabila yang hajatan tokoh agama, maka lgu yang disajikan biasanya lagu yang bernuansa Islami atau shalawatan nabi.
Sedangkan pengusungan Sisingaan biasanya dari masyarakat. Karena pada saat itu belum terbentuk grup dan masih saling pinjam Sisingaan. Gerakannyapun masih sederhana dan dilakukan secara spontanitas tetapi tidak menghilangkan gerak yang mengandung makna heroic atau gerak yang melambangkan keberanian dalam menghadapi musuh. Gerakan helaran pada saat itu diantaranya: tendangan,lompatan, minced, dan dorong sapi. Sedangkan busana atau pakaian yang digunakan oleh pengusung Sisingaan pada saat hanya terdiri dari:Kampret, pangsi, iket, seperti masyarakat pada umumnya. Sedangkan kalau hajatan yang bergolongan ekonomi menegah ke atas busana yang dipakai adalah baju takwa, sinjang lancer, iket. Kemudian sekitar tahun 1960-an busana pengusung Sisingaan mulai beralkulturasi yaitu adanya perubahan warna yang mencolok dan bahan pakaiannya yang cukup baik.