UP
    Latest News

Sebuah Tulisan Untuk Bapak Taminuddin

Sulit rasanya menerima kenyataan yang terjadi hari ini. Saat semua orang ‘merayakan’ tanggal yang bagus, indah, dan spesial yaitu 11-11-11. Tapi keluarga kami, SMAKBO berduka. Guru kami, mantan kepala sekolah kami, guru kimia anorganik kami, Bapak Taminuddin meninggal dunia pada pukul 11.00 tepat setelah beliau menjalankan kegiatan yang sangat saya hafal dan identik dengan beliau yaitu shalat dhuha.
Tepat sekali, Jumat, 11-11-11 pukul 11.00. SMS dari Tami ade kelas saya yang masih ada di sekolah yang berbunyi, “Kakak, pa Tamin meninggal” sesaat sebelum saya pergi ke masjid untuk shalat Jumat, membuat saya kaget dan sedih karena figur beliau yang sangat saya kagumi. Kesederhanaan, keramahan, kesabaran mengajar untuk kami, dedikasi kepada sekolah dan lainnya hanya sebagian kecil yang bisa saya sebutkan dari kekaguman saya terhadap beliau.
***
Memori dengan beliau?
Pertama masuk SMAKBO, guru yang mengajar saya di kelas 10-5 adalah beliau. Pelajaran kimia anorganik, sesuatu hal yang asing bagi siswa baru yang baru lulus SMP. Saya ingat kata-kata beliau, “saya guru yang gampang dikenal, panggil saja saya Vi-Tamin, gampang kan?” … Itu sangat terekam dalam memori saya dan sangat sulit untuk dilupakan :’(
Pada hari itu juga, kami diberikan pengalaman yang tak terlupakan lagi yaitu percobaan reaksi logam Na dengan air, dan whuzzz tiba-tiba keluar api. Kami yang masih polos dan belum mengerti apa-apa tentu dibuat kagum olehnya…
Kemudian setelah kelas 2 ketika sedang diajar Pak Kris yang kalau tidak salah satu angkatan dengan Pak Tamin, Pak Kris berkata (tentunya sambil bercanda), “Saya waktu sekolah di SMAKBO mah bandel, beda sama Pak Tamin yang senengnya ke Mesjid.”
Kelas 3, di lab proksimat ketika dikuis dengan beliau… Ah ini adalah kenangan paling membuat saya sedih :’( Dengan sabarnya beliau ajarkan kami penetapan sabun, lemak, dan PUPUK! Ya, pupuk… Begitu jelas kenangan itu terekam dalam memori, dikuis hingga 2 jam agar kami mengerti penetapan pupuk itu…
***
Mungkin jika dijelaskan satu-satu akan panjang sekali tulisan ini, beliau adalah figur yang sangat “SMAKBO”. Lulus menjadi alumni SMAKBO, menjadi satu-satunya sepanjang sejarah SMAKBO yang menjadi KETUA PP (OSIS) untuk 2 periode, menjadi guru di tempat ini, kemudian menjadi kepala sekolah, dan meninggal di SMAKBO. Bisa dibilang, “Terlahir untuk SMAKBO, dan meninggal di SMAKBO”. Sebuah loyalitas tak berbatas.
Langit di Bogor pun ikut menangis, mengiringi kepergian alm. Pak Taminuddin… Bumi telah ditinggalkan salah satu insan terbaik yang pernah ada… Selamat jalan pak Tamin, mungkin 10 November adalah hari Pahlawan, tetapi 11 November adalah hari pahlawan juga bagi kami, anak-anak didikanmu… dan terima kasih atas “Vi-Tamin” yang telah anda berikan untuk kami…
Seperti yang Ibu Yang Rita tulis di Facebook,
Andai waktu bisa kembali
Ingin rasa bertemu sekali lagi
Untuk ucapkan, “TERIMA KASIH”
***

Suasana di rumah beliau, bukti bahwa beliau sangat disayangi semua orang…
Proses pemakaman di TPU Dreded.
Menuju peristirahatan terakhir…
Mungkin hanya nama dalam nisan, tapi namamu akan selalu tertulis dihati kami…
Senyummu, yang akan selalu berbekas dalam bayang kami…
Sebuah puisi untukmu, dari saya, anak didikmu yang ingin menjadi figur sepertimu…
I thought that I would hate your class;
Work only hard enough to pass.
I never was much good at inorganic chemistry,
I’d always worried in the past.
But in that first day of school,
I saw that you were really cool.
I enjoy each lesson you teach.
Especially when you teach in the lab
Determination of soaps, fats, and fertilizers
You gave us a quiz up to 2 hours
Just to make us understand…
As my role model you inspire me
To dream and to work and to reach.
With your kindness you get my attention;
Your “V-Tamin” give us inspiration…
You help me fulfill my potential;
I’m thankful for all that you’ve done.
I admire you each day, and I just want to say,
Thanks for everything, Mr. Taminuddin…

By Angga Dwinovantyo

No comments:

Post a Comment