B.J. Habibie dan Cita-Citanya
Bapak Habibie: B.J Habibie
"Manusia pintar, genius, dan mungkin dari 130 juta hanya akan ada satu seperti dia," demikian majalah Military Technology, 1987 mengomentari sosok B.J Habibie. Keberhasilan Habibie menciptakan suatu industri pesawat terbang canggih ini mungkin tidak pernah dipercaya orang akan bisa dilakukan oleh orang-orang Indonesia.BJ Habibie atau Bacharuddin Jusuf Habibie lahir pada tanggal 23 juni 1936 di kota Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Beliau putra keempat dari delapan bersaudara dari pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo. Ketika kecil, Bapak Habibie akrab disapa dengan Rudy. Hobi beliau berenang, menyanyi, main layang-layang, naik kuda, main gundu (kelereng), dan mallogo (logo) yaitu mainan dari tempurung segitiga.
B.J Habibie dikenal serius sejak kecil. Dia tidak seperti yang lainnya, ia bermain hanya setelah menyelesaikan pekerjaan rumah. Dan jika bermain dengan blokken (micano), ia akan membuat kapal terbang dan sebagainya. Hidup B.J Habibie berubah sejak ayah beliau meninggal dunia pada tahun 1950. Ibu beliau memutuskan B.J. Habibie anak tertua dirumahnya harus pergi ke Jawa. B.J. Habibie kemudian tinggal di Bandung, tinggal di tempat pak Soedjoed, yang merupakan teman baik almarhum bapaknya.
Saat di SMA B.J. Habibie mulai tampak menonjol prestasinya di kelas, terutama dalam pelajaran-pelajaran eksakta seperti matematika, mekanika, dan lain-lain. B.J. Habibie kemudian kuliah di ITB Bandung, selama menjadi mahasiswa ITB, B.J. Habibie memang banyak tertarik pada bidang pesawat terbang. Salah satu hobinya yang tidak dapat berkembang adalah kegemaran dan perhatianya terhadap aeromodeling. Ia mempunyai pesawat terbang sendiri dan selalu diperagakan tetapi model tersebut tak pernah sempat untuk disempurnakan. B.J. Habibie menjadi mahasiswa ITB praktis hanya 6 bulan, karena kemudian ibunya bertekad agar anak-anaknya mampu bersekolah semaksimal mungkin termasuk ke luar negeri.
B.J. Habibie meraih gelar Diploma Ing., dengan nilai cumlaude atau dengan angka rata-rata 9,5 pada tahun 1960. Dan pada tahun 1965 B.J. Habibie meraih gelar DR. Ingenieur dengan nilai summacumlaude atau dengan angka rata-rata 10 dari Technische Hochschule Die Facultaet Feur Maschinenwesen Aachen. Ia meraih gelar Dr. Ing di bidang kekuatan struktur keempat yang dihasilkan perguruan tinggi Jerman setelah perang dunia ke-II. Tugas-tugas dalam penelitian itulah yang terus menerus ditekuninya. Dari kegiatan sebagi ilmuan inilah B.J. Habibie menghasilkan rumusan-rumusan yang asli di bidang termodinamika, konstruksi, aerodinamika, dan keretakan. Penemuan-penemuan tersebut sudah diabadikan oleh berbagai pihak, yang berhubungan dengan pesawat terbang dikenal dengan "teori habibie", "factor habibie", dan "metode habibie". Di Jerman, Habibie mendapat julukan yaitu Mr. Crack.
Salah satu pernyataan BJ. Habibie tentang cita - citanya yang belum terwujud adalah secara kebangsaan ia menginginkan bangsa ini mandiri karena menurutnya Indonesia sangat memiliki potensi untuk itu. Beliau mengatakan kunci seuatu bangsa menjadi maju ada dua yaitu keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi secara mandiri.
Kemudian beliau melanjutkan tentang cita - cita pribadinya. Beliau berkata, "Secara pribadi saya tidak ada, apa yang masyarakat, bangsa ini berikan untuk saya sudah lebih dari cukup dan sulit bagi saya untuk mengembalikannya". Sebuah jawaban bijaksana bagi seorang anak bangsa.
(nilna/disarikan dari berbagai sumber)
No comments:
Post a Comment