UP
    Latest News

Menjaga Makanan Mulai Saat Ini dari Makanan

Menjaga Makanan Mulai Saat Ini dari Makanan

Pada hakekatnya manusia memiliki sifat rakus dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dimana dalam ilmu biologi pun manusia dijadikan sebagai makhlukOmnivor(Pemakan Segala),sehinggamanusia dapat memnuhi kehidupannya dengan segala jenis makanan.Namun untuk di zaman ini perlu adanya ketelitian baik dalam memilih dan mengkonsumsi makanan...mengapa demikian??? hal itu dikarenakan di zaman ini yang namanya makanan sudah banyak campuran bahan kimia yang menyebabkan banyak penyakit dan juga membuat kegemukan bila terlalu banyak mengkonsumsi makanan kimia. Oleh karena itu diperlukan intensifikasi dalam penelitian makanan yang berkualitas yang baik dan bergizi(4 sehat 5 sempurna) dalam mengkonsumsi makan...

Makanan yang berbahan kimia sangatlah berbahaya bagi keadaan tubuh baik di bagian dalam maupun di bagian luar tubuh diantaranya:
-Sukrosa,maltosa,galakosa dapat menyebabkan penimbunan kadar gula yang berlebihan pada tubuh yang menyebabkan Obesitas jika secara berlebihan,
-Pewarna Kimia dapat merusak sistem peredaran darah maupun sistem saraf yang kelamaan dapat menyebabkan keracunan dan kerusakan organ hati,
-Pengawet Kimia dapat merusak sistem saraf yang dapat menyerang otak sert terjadi bernagai ganguan pada saraf,dll
Sebagai manusia kita hendaklah untuk  meneliti,memilah,dan memulai suatu makanan untuk dikonsumsi dengan baik dan penuh pertimbangan agar makanan yang kita konsumsi tidak merugikan bgi tubuh kita diantaranya:
-Awali untuk selalu mengkonsumsi bahan alami yang tidak diolah seperti sayur,buah,dan susu
-Ketika hendak mengkonsumsi makanan selalu untuk meneliti kandungan dalam makanan tersebut
-Seringkali lakukan gerakan olah tubuh seperti fitness,jogging,yoga dan kegiatan yang menguras tenaga agar tubuh menjadi ideal dan tahan dari penyakit,
-Tidur secukupnya dan janganlah terlalu berlebihan agar sirkulsi darah dan gula seimbang....
Masih banyak sekali langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kehidupan ini asalkan adanya kesadaran dari tiap manusia untuk merawat diri di mulai saat ini karena hanya kita sendiri yang dapat merawat jalan hidup ini.

Kesenian Sisingaan Kabupaten Subang

Kesenian Sisingaan Kabupaten Subang

Kesenian Sisingaan Kabupaten Subang
1. Asal-usul dan Perkembangan Kesenian Sisingaan
Kesenian Sisingaan adalah jenis kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di Kabupaten Subang dengan menggunakan sepasang patung sisingaan sebagai cirri khas utama
Sisingaan mulai muncul pada saat kaum penjajah menguasai subang. Pada masa pemerintahan belanda berkuasa di Subang pada tahun 1812 pada saat itu Subang dikenal sebagai daerah Doble bestuur dan dijadikan kawasan perkebunan dengan nama P&T Lands(Pamanoekan en Tjiasemladen). Pada saat Subang dikuasai oleh Belanda masyarakat Subang mulai diperkenalkan dengan lambang Negara mereka yaituCrown atau mahkota kerajaan. Pada saat yang bersamaan Subang juga dikuasai oleh Inggris dan mempetrkenalkan lambang Negaranya yaitu Singa. Sehingga secara administrative subang dibagi ke dalam dua bagian yaitu : Secara politik dikuasai oleh Belanda dan secara Ekonomi dikuasai oleh Inggris.

Dengan adanya tekanan dari penjajah terhadap masyarakat Subang yaitu tekana secara politik, ekonomi, social, dan budaya masyarakat Subang melakukan perlawanan terhadap penjajah. Perlawanan pun tidak hany melalui fisik, akan tetapi dalam bentuk kesenian yang di dalamnya mengandung Silib(Ironi atau sesuatu yang bertentangan dengan kenyataan),Siloka ( khiasan atau melambankan),Sasmita(Contoh criteria yang mengandung arti atau makna). Artinya bahwa tindakan masyarakat Subang diekspresikan secara terselebung melalui sindiran, perumpamaan yang mengena terhadapa keadaan pada saat itu. Salah satu ekspresi jiwa masyarakat Subang mereka mewujudkan dengan cara membuat salah satu kesenian yang dikenal dengan nama kesenian Sisingaan.
Kesenian sisingaan merupakan ungkapan rasa ketidak puasan atau upaya pemberontakan dari masyarakat Subang kepada kaum penjajah.Dengan demikian sepasang sisingaan melambangkan kaum penjajah yaitu Belanda dan Inggris yang menindas masyarakat Subang, atau lambang kebodohan atau kemiskinan.Dengan diciptakan sisingaan tersebut para seniman dapat berharap agar suatu saat generasi muda harus bangkit dan harus mampu mengusir penjajah dari tanah air mereka dan dapat hidup jauh lebih baik lagi.
Sisingaan secara garis besar terdiri dari 4 orang pengusung sisingaan, sepasang patung sisingaan, penunggang sisingaan, waditra,nayaga, dan sinden atau juru kawih. Jadi secara filosofi 4 orang pengusung sisingaan melambang masyarakat pribumi ditindas oleh kaum penjajah, sepasang patung sisingaan melambangkan 2 penjajah(Belanda&Inggris), sedangkan penunggang sisingaan melambangkan generasi muda yang suatu saat harus mampu mengusir penjajah, dan nayaga melambangkan mayarakat yang gembira atau masyarakat subang yang berjuang dan memberi motivasi terhadap generasi muda untuk dapat mengalahkan dan megusir penjajah dari tanah air mereka.
Sisingaan yang diciptakan oelh seniman pada saat itu sangat tepat dengan menggunakan Sisingaan sebagai alat perjuangan untuk melepaskan diri dari tekanan kaum penjajah. Sementara itu kaum penjajah tidak terusik akan tetapi merasa bangga melihat pagelaran Sisingaan, karena lambang mereka (singa) dijadikan sebagai bentuk suatu kesenian rakyat. Penjajah hanya memahami bahwa Sisingaan merupaka karya seni diciptakan sangat sederhana dan spontanitas oleh penduduk pribumi untuk menghibur anak sunat. Akan tetapi maksud rakyat Subang tidak demikian, dengan menggunakan lambang kebesaran mereka dalam bentuk kesenian dengan cara menunggangi dan menjambak rambut Sisingaan merupakan salah satu cara untuk mengekspresikan semua kebencian mereka terhadap kaum penjajah.
Pada wala terbentuknya Sisingaan tidak seperti Sisingaan yang ada pada zaat sekarang. Cikal bakal Sisingaan zaman sekarang adalah singa abrug. Disebut singa abrug karena patung singa ini dimainkan secara usung dan pengusungannya aktif menari sedangkan singa abrug diusungkan kesana kemari seperti mau diadu. Singa abrug pertama kali berkembang di daerah tambakan kecamatan Jalan Cagak.
Pada zaman dulu Sisingaan dibuat dengan sangat sederhana, muka dan kepala singa dibuat dari kayu ringan seperti kayu randu atau albasiah, rambut Sisingaan dibuat dari bunga atau daun kaso dan daun pinus, Sedangkan badan Sisingaan terbuat dari carangka( kerajinan anyaman bambu) yang besar dan ditutupi oleh karung kadut(karung goni) atau ada pula yang dibuat dari kayu yang masih utuh atau kayu gelondongan untuk usungan Sisingaan dibuat dari bambu yang dipikul oleh empat orang. Pembuatan Sisingaan tidak dibuat sendiri akan tetapi dilakukan bersama-sama.
Waditra pada masa itu sangat sederhana hanya memakai beberapa alat musik saja, kemudian lama-kelamaan mengalami perkembangan. Waditra yang dipakai pada masa itu terdiri dari beberapa buah angklung pentatonis yang ber5laras salendro. Alat musik tersebut antara lain:
- 2 buah angklung galimer
- 2 buah angklung indung
- 2 buah angklung pancer
- 2 buah angklung rael
- 2 buah angklung ambrug
- 1 buah angklung engklok
- 1 buah terompet
- 2 buah dogdog lonjor
- 1 buah bedug
- 3 buah terbang
Sementara lagu yang dinyanyikan pada masa itu antara lain: lagu badud, samping butut, manuk hideung, sireum beureum, dan lain-lain. Sedangkan lagu pembuka biasanya menggunakan lagu tunggul kawung. Dan apabila yang hajatan tokoh agama, maka lgu yang disajikan biasanya lagu yang bernuansa Islami atau shalawatan nabi.
Sedangkan pengusungan Sisingaan biasanya dari masyarakat. Karena pada saat itu belum terbentuk grup dan masih saling pinjam Sisingaan. Gerakannyapun masih sederhana dan dilakukan secara spontanitas tetapi tidak menghilangkan gerak yang mengandung makna heroic atau gerak yang melambangkan keberanian dalam menghadapi musuh. Gerakan helaran pada saat itu diantaranya: tendangan,lompatan, minced, dan dorong sapi. Sedangkan busana atau pakaian yang digunakan oleh pengusung Sisingaan pada saat hanya terdiri dari:Kampret, pangsi, iket, seperti masyarakat pada umumnya. Sedangkan kalau hajatan yang bergolongan ekonomi menegah ke atas busana yang dipakai adalah baju takwa, sinjang lancer, iket. Kemudian sekitar tahun 1960-an busana pengusung Sisingaan mulai beralkulturasi yaitu adanya perubahan warna yang mencolok dan bahan pakaiannya yang cukup baik.

Ajeng

Ajeng

AJENG
Kesenian Ajeng adalah kesenian tradisional yang dipagelarkan dengan cara helaran dan alat utamanya menggunakan benda. Alat music Ajeng disebut juga Bende atau Goong kecil, yang ditabuh dengan menggunakan pemukul yang terbuat dari kayu. Kesenian Ajeng dapat dipagelarkan pada acara-acara hajatan. Saat pagelara kesenian Ajeng biasanya melakukan helaran bersamaan dengan kesenian lain, dan penonton dapat ikut menari di depan kesenian tersebut.
Kesenian Ajeng pada dasarnya kesenian yang sangat sederhana, hal tersebut dapat dilihat dalam unsure seni Ajeng. Unsur Seni yang terdapat dalam kesenian Ajeng yaitu waditra, nayaga juru kawih, , dan busana.

1.Waditra
Waditra yang dipakai kesenian Ajeng terdiri dari:
-1 buah ajeng atau bende
-1 buah gendang besar
-1 buah gendang kecil
-1 buah goong besar
-1 buah goong kecil
-1 buah terompet
-1 buah ketuk
-Sepasang kecrek bulat
2. Nayaga
Nayaga atau penabuh alat music kesenian Ajeng terdiri dari dua belas orang.
3. Juru Kawih
Juru kawih kesenian Ajeng hanya menggunakan seseorang penyanyi Sedangkan lagu yang dibawakan pagelaran biasanya lagu-lagu jaipongan atau lagu-lagu sunda.
4. Busana
Busana yang digunakan oleh Nayaga hanya baju saja yang diseragamkan. Sedangkan busana lain seperti celana meskipun tidak seragam tetapi disesuaikan dengan warna pakaian.

Gembyung

Gembyung

GEMBYUNG
Gembyung berasal dari dua suku kata yaitu Gem danByungGem berasal dari kata Ageman yang artinya ajaran, pedoman, atau faham yang dianut oleh manusia, dan suku kata Byung berasal dari kata Kabiruyungan yang artinya kepastian untuk dilaksanakan. Gembyung mempunyai nilai-nilai keteladanan untuk dijadikan pedoman hidup. Gembyung pertama kali berkembang pada masa penyebaran Islam. Pada saat itu, Gembyung dimainkan oleh para santri pesantren dengan bimbingan sesepuh pesantren.
Gembyung merupakan kesenian tradisional yang menggunakan genjring sebagai alat utamanya. Gembyung pada saat pagelaran selalu menampilkan alunan musik yang dialunkan juga mengandung unsur yang sangat sakral. Hal itu dipegang teguh oleh para pemain Gembyung untuk menjaga keaslian seni tradisi yang diwariskan oleh leluhurnya.

Gembyung terdiri dari beberapa unsur yaitu Waditra, Pangrawit, Juru Kawih, Penari, dan Busana.
1. Waditra
Beberapa waditra atau alat musik yang dipakai dalam seni Gembyung antara lain:
Genjring kemprang
Genjring kempring
Genjring gembrung
Gendang
Kecrek
2. Nayaga
Nayaga terdiri dari lima orang. Pada saat pagelaran biasanya nayaga mengambil posisi duduk dan sila.
3.Juru Kawih
Juru kawih gembyung biasanya laki-laki atau satu orang dari yang memainkan genjring. Sehungga selain menggunakan genjring juru kawih juga melantunkan lagu. Lagu yang dilantunkan oleh Juru kawih biasanya lagu yang berbahasa Sunda buhun, yang dinyanyikan Juru kawih antara lain: ya bismillah, raja sirai, siuh, rinci manik, engko, dan geboy.
4.Penari
Penari Gembyung biasanya seorang laki-laki atau bisa saja dari penonton yang sangat menyukai seni Gembyung. Sehingga antara penari dan penonton bisa menari dengan bersam-sama. Tarian Gembyung mempunyai kekhasan antara lain gerakan tari dilakukan secara pelan sesuai irama Gembyung, dan penari biasanya sangat menikmati tariannya.Ada juga penari yang seperti kerasukan dengan mata terpejam, dan pada saat alunan musik berhenti penari seperti baru tersadar.
5.Busana
Busana yang sering dipakai oleh pemain gembyung biasanya mnggunakan pakaian tradisional Sunda seperti iket, kampretdan celana pangsit. Sedangkan busana penari selain menggunakan pakaian tersebut juga memakai Selendang.
Itulah mengenai kesenian khas kota Subang yang memiliki makna untuk memajukan kota Subang sebagai kota yang maju dengan semangat gotong royong seperti semboyan yang sudah tidak asing lagi bagi kita untuk mengingat Subang yaitu : :Rakyat Subang!!! Gotong Royong...........Subang!!!!....Maju.....”

Topeng Jati

Topeng Jati

TOPENG JATI (TOPENG MENOR)


Topeng Jati atau Topeng Menor yaitu kesenian topeng yang muncul dan berkembang di Desa Jati. Alasan penanaman terhadap kesenian Topeng Jati didasarkan pada tempat berkembangnya kesenian ini yaitu di Desa Jati Kecamatan Cipunagara. Sedangkan dinamakan Topeng Menor karena seni topeng tersebut pada saat itu mempunyai penari topeng yang cantik, bersuara merdu dan pandai menari, sehingga orang memanggilnya menor. Keahlian penari tersebut bisa menari bebrapa karakter topeng dengan luwes, baik karakter satria yang bergaya lemah lembut, maupun gaya rahwana atau buta dengan gaya menari yang gagah dan menakutkan.

Kesenian Topeng Jati merupakan hasil difusi dari suatu individu atau masyarakat, karena kesenian aslinya berasal dari luar Subang tepatnya dari daerah Cirebon. Beberapa unsure-unsur seni yang melekat pada Topeng Jati antara lain dari unsur topeng, waditra, nayaga, penari, dan busana.

1.Topeng
Topeng merupakan unsure pertama yang menjadi icon dalam kesenian ini. Topeng yang dipakai biasanya terbuat dari kayu kembang. Kayu kembang mempunyai keistimewaan yaitu bahnnya ringan dan awet. Topeng jati mempunyai beberapa buah topeng dengan mempunyai karakter masing-masing antara lain:

a. Topeng Panji:Topeng panji diibaratkan sebagai seorang satria. Topeng ini mempunyai karakter yang lemah lembut, lungguh, dan alim, dengan warna topeng merah muda dan putih.
b. Topeng Samba: Topeng Samba diibaratkan sebagai seorang satria yang memiliki sifat gandang. Warna topeng biasanya merah muda atau putih dan berambut.
c. Topeng Rumyan: Topeng Rumyan diibaratkan sebagai seorang satria yang mempunyai karakter pemberani dan gandang.
d. Topeng Tumenggung atau Punggawa: Topeng ini memiliki karakter yang berani sebagai halnya prajurit kerajaan yang siap berperang. Warna topeng biasanya merah muda dan berkumis.
e. Topeng Kelana atau Rahwana: Topeng ini berkarakter garang, serakah , dan suka membuat onar. Wrana topeng biasanya merah dan berkumis tebal.
f. Topeng Buta: Topeng Buta mempunyai karakter garang, menakutkan dan berperilaku jahat. Warna topeng biasanya merah dan berkumis tebal.

2.Waditra(Alat Musik)
Waditra yang sering digunakan dalam Topeng Jati diantaranya : gendnag, kulanter, goong, suling, ketuk, saron, gambang, dan kecrek.

3. Nayaga(Penabuh alat musik)
Nayaga Topeng Jati berjumlah 12 orang, dan melakukan tugas sesuai dengan fungsinya.

4. Dalang
Dalang mempunyai kemampuan dalam menirukan berbagai karakter suara topeng yang sedang dimainkan oleh seorang penari.

5. Sinden
Sinden berperan menyanyikana lagu pada saat penari topeng sedang beristirahat atau ketika sedang berganti peran. Lagu yang dilatunkan oleh sinden sangat beragam antara lain ketuk tiluan, dermayonan, dan kises saidah.

6. Penari Topeng
Penari topeng terdiri dari 2 orang yaitu perempuan dan laki-laki. Penari topeng perempuan berperan memainkan gaya topeng panji, samba, rumyang., tumenggung dan kelana atau rahwana. Sedangkan pemain topeng laki-laki hanya memerankan tarian buta.

7.Busana
Busana yang dipakai oleh penari Topeng Jati anatara lain sobrah dipaki di kepala seperti mahkota , baju dan celana yang dihias dengan mute, dan kain batik atau sinjang lancar. Sedangkan nayaga hanya atasannya saja yang seragam dengan memakai baju takwa dan iket sunda.

Beberapa kreativitas dalam penyajian pagelaran Topeng Jati :
1. Pembukaan : Memulai pagelaran dengan memaikan waditra sekitar dua atau tiga babak lagu atau disebut juga tatalu.
2. Ibing :Memulai mpagelaran dengan menampilkan berbagai tarian dari tokoh topeng dari mulai panji, rumyang, samba, temenggung, kelana, dan rahwana.
3. Pentupan :Pagelaran topeng jati biasanya ditutup dengan lagu Bale bandung.

Demikianlah mengenai tarian budaya subang yang ada di tanah air kita ini khusunya di daerah Subang.......harapanya untuk kedepannya bisa dikembangkan kembali agar kesenian ini tetap ada dan menjadi tradisi bagi tanah air kita ini..

Genjring Bonyok

Genjring Bonyok

GENJRING BONYOK
1.Asal-usul dan Perkembangan Genjring Bonyok
Genjring Bonyok adalah jenis kesenian yang tumbuh dan berkembang di Kabupaten Subang yang mempunyai alat musik utaman bedig dan genjring. Kesenian tersebut mulai lahir dan berkembang di Kampung Bonyok Desa Pangsor Kecamatan Pagaden. Genjring Bonyok merupakan kesenian yang terinspirasi dari kesenian Genjring Rudat.
Genjring Bonyok mulai lahir sebelum kemerdekaan atau pada zaman perkebunan P & T Lands. Pada waktu itu kampung Bonyok atau wilayah Desa Pangsor dikenal dengan daerah kontrak. Selain Genjring Bonyok ada beberapa jenis kesenian yang berkembang antara lain Kendang Penca, Ketuk Tilu, dan Wayang Golek. Kesenian tersebut berkembang sesuai dengan keinginan masyarakat yang membutuhkan hiburan.

Alat music(waditra) yang digunakan pada awal perkembangannya hanya menggunakan satu buah bedug,tiga buah Genjring.Kemudian Genjring Bonyok mengalami perkembangan dengan menambahkan atau memadukan alat music dari kesenian yang sedang berkembang pada waktu itu.
Seniman yang memiliki peranan penting dalam mendirikan dan mengembangkan Genjring Bonyok yaitu Talam dan Sutarja. Mereka membuat kreasi dalam setiap pertunjukan, sehingga Genjring Bonyok dapat dikenal oleh masyarakat. Beberapa periode perkembangan Genjring Bonyok:
-Tahun 1967 Genjring Bonyok baru mempunyai lima orang personil(nayaga) yaitu orang yang menabuh bedug dan empat orang yang menabuh Genjring.
-Tahun 1969 mulai memasukan terompet dan nayaga bertambah menjadi enam orang.
-Tahun 1982 Genjring Bonyok memasukan jenis alat music seperti gendang, kulanter, goong besar,goong kecil,dua buah kenong, dan kecrek.
-Tahun 1987 Genjring Bonyok mulai menggunakan sinden dan juru kawih dan lagu yang dilantunkannya yaitu lagu ketuk tilu.
Genjring Bonyok sudah banyak melakukan pertunjukan, hal tersebut dapat dilihat dalam beberapa even terdahulu antara lain pada tahun 1971 mengadakan pagelaran di gedung Rumentang Siang Bandung, tahun 1977 mengikuti festival Genjring Bonyok se-Jawa Barat yang diikuti oleh 24 grup,tahun 1978 mengdakan pagelaran di GOR Saparua Bandung,tahun 1979 pagelaran di Gedung Gubernur yang diikuti 3 grup dari 3 kabupaten,tahun 1980 pagelaran pada acara HUT Kabupaten Subang, tahun 1985 mengadakan pagelaran di TMII anjungan jawa barat dan Genjring Bonyok mulai ditampilkan di TVRI pusat Jakarta, tanggal 17 Agustus 1989 mengadakan pagelaran di lapangan Gasibu pada acara gelar senja dengan memasukan penari dari siswa-siswi sekolah, tanggal 1 Oktober 1989 mengisi pembukaan pameran Kabuten Subang.
Dengan demikian pagelaran Genjring Bonyok tiada hanya sebagai alat helaran pada sat hajatan, akan tetapi Genjring Bonyok dapat dipagelarkan di atas panggung, dan Genjring Bonyok juga bisa memakian penari dengan koreografi yang baik.
Maka fungsi kesenian Genjring Bonyok sangat beraneka ragam antara lain mengadakan pagelaran pada acara hajatan dengan cara melakukan helaran secara bersamaan dengan kesenia lainnya, misalnya dengan kesenian sisiangan. Mengadakan pagelaran pada acara-acara yang dianggap penting atau acara kedinasan.
2. Pertunjukan atau Penyajian Genjring Bonyok
Beberapa unsur yang penting yang sangat menunjang dalam pagelaran Genjring Bonyok yaitu Waditra (alat musik),nayaga(penabuh alat musik),juru kawih(sinden),penari,busana.
a.Waditra (alat musik)
Alat musik yang digunakan yaitu:
-1 buah bedug berfungsi untuk mengatur ketukan dipukul dengan cara-cara tertentu untuk membuat bunyi yang enak didengar.
-3 buah genjring yang berfungsi untuk membuat irama yang bersahutan dan mengimbangi alunan alat musik lain.
-1 buah gendang berfungsi mengatur irama dan memberi tekanan musik.
-1 buah kulanter berfungsi mengikuti irama.
-1 buah goong besar berfungsi untuk menutup akhir irama.
-1 buah goong kecil berfungsi untuk mengiringi irama.
-1 buah terompet berfungsi untuk membawakan melodi.
-2 buah kenong berfungsi mengimbangi irama.
-1 buah kecrek berfungsi untuk mempertegas dan mengatur irama.
b. Nayaga (penabuh alat musik)
Pada saat di atas panggung nayaga mengambil posisi duduk.Sinden duduk paling depan, dan diikuti oleh peniup terompet yang sejajar dengan penabuh gendang dan penabuh kecrek. Baris selanjutnya penabuh genjring dan penabuh ketuk, dan di belakangnya penabuh bedug dan penabuh goong. Kalau memakai penari biasanya berada di depan sinden. Pada saat helaran Genjring Bonyok biasanya bersamaan dengan kesenian lain, misalnya kesenian Sisingaan. Genjring Bonyok berada di posisi belakang setelah kesenian Sisingaan, dengan urutan posisi personil seperti posisi di atas panggung.
c. Juru Kawih
Lagu-lagu yang dinyanyikan oleh Sinden dalam pagelaran adalah lagu-lagu ketuk tilu seperti gotrok,kangsreng,awi garambat,buah kawung,dan torondol.
d. Penari
Penari Genjring Bonyok pada saat tertentu memakai para penari khusus yang sesuai dengan koregrafi. Sedangkan pada saat mengadakan heleran para penari terdiri dari masyarakat yang ikut menari secara spontanitas dan memriahkan helara.
e. Busana
Busana yang dipakai oleh personil Genjring Bonyok diantaranya:
-Nayaga: baju kampret, celana pangsi,iket,semplak,selendang.
-Juru Kawih: kabaya, selendang, sanggul, dan hiasan bunga melati.
-Penari: laki-laki:kampret,celana pangsi,iket,selandang.
Perempuan:kabaya,selendang,sanggul.
Demikianlah ringkasan mengenai kesenian khas kabupaten Subang ini...harapnya dengan adanya informasi ini menjadi buah bakal untuk di mas ayang akan datang agar tidak punah.