Ujian Nasional SMA Masih Diwarnai Pelanggaran
Ujian Nasional SMA 2010 yang diselenggarakan sejak 22 Maret lalu, ramai pengaduan. Pengaduan tentang pelanggaran dan kecurangan UN dinilai oleh masyarakat bahwa pemerintah gagal melaksanakan UN.
Berdasarkan pantauan inioke dari berbagai media online, sejak empat hari pelaksanaan UN, posko pengaduan telah menerima bermacam laporan dari berbagai kota dan provinsi. Pelanggaran ini dilakukan oleh siswa, guru, pengawas ujian, pihak sekolah, dan berbagai pihak lainnya. Pelanggaran yang dilakukan oleh siswa, misalnya, terjadi di Padang, kemarin (25/3), dua peserta ujian di Madrasah Aliyah yang ketahuan melihat kunci jawaban untuk soal Matematika. Peserta ujian ini kedapatan melihat kunci jawaban di papan abonya.
Sedangkan di Jakarta, seluruh peserta ujian telat dan diketahui berkumpul di sebuah lokasi untuk membahas kunci jawaban. Ada juga keterlibatan bimbingan belajar dan memberikan bocoran soal ujian. Pada beberapa lokasi ujian nasional, pihak sekolah juga ikut terlibat dalam pelanggaran ini.
Di Lamongan, di sebuah Madrasah Aliyah, siswa kesulitan menjawab UN sehingga pihak sekolah membantu menjawab. Beberapa pengawas ujian pun turut kurang menyukseskan pelaksanaan Ujian Nasional. Contohnya, pengawas ujian nasional di Surakarta tidak hati-hati saat mengumpulkan lembar jawaban. Akibatnya, lembaran jawaban ada yang terlipat atau tercoret.
Adapula, pengawas yang bertugas di lokasi ujian merupakan pengajar di sekolah tersebut. Hal tersebut terjadi di Madrasah Aliyah di kabupaten Indramayu. Menurut pengawas tersebut, hal itu terjadi karena jumlah kelas di pesantren tersebut lebih banyak dibandingkan dengan jumlah kelas di Madrasah Aliyah lainnya.
Mereka yang menyelenggarakan di 16 kelas kekurangan pengawas dari madrasah lain, akibatnya dalam setiap kelas terdapat 1 orang dari MA lain dan 1 orang dari MA tersebut. Alat komunikasi juga ikut-ikutan terlibat. Di Nusa Tenggara Barat, contohnya. Ada sms gelap berisi jawaban ujian nasional yang diterima pada pukul 06.30 WITA.
Ketidaktelitian dalam pembagian soal pun kerap terjadi pada pelaksanaan Ujian Nasional. Di Madrasah Aliyah di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, terjadi seperti itu. Soal yang seharusnya bahasa Arab tertukar dengan bahasa Jerman. Lain pula yang terjadi di SMAN 12 Bandung. Peserta Ujian Nasional di SMAN 12 Bandung ini mengisi dua lembar jawaban komputer (LJK) untuk setiap mata pelajaran.
Pihak sekolah memberlakukan cara ini untuk mengantisipasi hal yang tidak terduga di kemudian hari. Kepala Sekolah SMAN 12 Bandung, Hartono, menyampaikan bahwa LJK cadangan hanya sebagai back up data saja, satu LJK dari pemerintah, satu lagi LJK khusus dari sekolah. Jadi, nanti kalau ada komplain nilai siswa yang tidak sesuai, pihak sekolah punya data dan bisa melacaknya ke pusat.
Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Dinas Provinsi se-Indonesia telah menandatangani Pakta Kejujuran dalam pelaksanaan ujian nasional. Para pelanggar yang berasal dari sekolah dan Dinas Pendidikan juga bisa diberi sanksi administratif oleh Badan Kepegawaian Daerah. Sanksi administratif tersebut diberikan untuk pelanggaran ringan.
No comments:
Post a Comment