La Nyalla : Mau Bubarkan KPSI ? Ini Syaratnya ,.....
- Ketua umum PSSI versi KPSI, La Nyalla Mattalitti, menegaskan dirinya tidak akan mengajukan permintaan maaf kepada PSSI, yang menjadi syarat pengembalian statusnya sebagai anggota Komite Eksekutif PSSI.
La Nyalla, bersama Erwin Dwi Budiawan, Toni Aprilani dan Roberto Rhouw, adalah anggota Komite Eksekutif yang telah dipecat namun baru-baru ini diangkat kembali.
Keempatnya adalah figur utama dalam KPSI, yang dibentuk oleh sebagian besar anggota PSSI dengan hak suara, sebagai bentuk ketidakpuasan terhadap kebijakan ketua umum PSSI Djohar Arifin Husin.
Dalam kongres yang digelar PSSI versi Djohar, kubu Djohar bersedia menerima kembali keempatnya dengan syarat mengajukan permohonan maaf kepada pihaknya.
Keempatnya dipecat dengan alasan melanggar kode etik, karena berkirim surat kepada FIFA mengatasnamakan PSSI, membela pemilik suara yang tidak puas dengan kepemimpinan Djohar. Kala itu keempatnya masih berstatus pejabat PSSI. Ini dinilai La Nyalla mengada-ada.
"Tidak bakal saya minta maaf. Tolong tunjukkan kesalahan saya dimana. Kalau salah, tak perlu diminta saya mundur," ujar La Nyalla.
"Jangankan minta maaf, masalah kembalinya empat Exco (Komite Eksekutif) ini jelaskan dulu kembalinya seperti apa. Tunjukkan dulu dasarnya apa," ia menambahkan.
La Nyalla juga mengingatkan bahwa dengan diangkatnya kembali keempat anggota Komite Eksekutif ini bukan berarti KPSI otomatis bubar. "Kembalinya empat Exco ini jangan terus dianggap enteng, dianggap semua beres. Jangan dianggap KPSI bubar. KPSI bubar kalau sudah ada kongres bersama dengan peserta KLB Solo," kata La Nyalla.
Dalam MoU yang ditandatangani pihak PSSI dan KPSI, keduanya sepakat menggelar satu kongres berstatus Kongres Biasa PSSI dengan anggota merujuk pada peserta Kongres Luar Biasa Solo 2011.
Namun hingga tenggat waktu yang diberikan FIFA pada 10 Desember terlewati, PSSI tak mematuhinya. Mereka menggelar kongres sendiri dengan anggota pilihan mereka sendiri.
Perbedaan peserta kongres menjadi krusial karena mayoritas peserta KLB Solo, yang mengantarkan Djohar ke kursi ketua umum PSSI, ternyata malah bergabung ke KPSI. Tak ingin digulingkan, Djohar memecat mereka yang membelot dan menggantinya dengan yang lebih loyal.
Kedua pihak akhirnya menggelar kongres masing-masing, dengan kubu KPSI tetap berpegang pada peserta Kongres Solo. FIFA sendiri akhirnya menunda hukuman dan memberikan waktu kepada PSSI hingga Maret 2013 untuk mencapai perdamaian.
Hari ini, Selasa (18/12/2012), PSSI akan mengadakan rapat Komite Eksekutif mengundang keempatnya
La Nyalla, bersama Erwin Dwi Budiawan, Toni Aprilani dan Roberto Rhouw, adalah anggota Komite Eksekutif yang telah dipecat namun baru-baru ini diangkat kembali.
Keempatnya adalah figur utama dalam KPSI, yang dibentuk oleh sebagian besar anggota PSSI dengan hak suara, sebagai bentuk ketidakpuasan terhadap kebijakan ketua umum PSSI Djohar Arifin Husin.
Dalam kongres yang digelar PSSI versi Djohar, kubu Djohar bersedia menerima kembali keempatnya dengan syarat mengajukan permohonan maaf kepada pihaknya.
Keempatnya dipecat dengan alasan melanggar kode etik, karena berkirim surat kepada FIFA mengatasnamakan PSSI, membela pemilik suara yang tidak puas dengan kepemimpinan Djohar. Kala itu keempatnya masih berstatus pejabat PSSI. Ini dinilai La Nyalla mengada-ada.
"Tidak bakal saya minta maaf. Tolong tunjukkan kesalahan saya dimana. Kalau salah, tak perlu diminta saya mundur," ujar La Nyalla.
"Jangankan minta maaf, masalah kembalinya empat Exco (Komite Eksekutif) ini jelaskan dulu kembalinya seperti apa. Tunjukkan dulu dasarnya apa," ia menambahkan.
La Nyalla juga mengingatkan bahwa dengan diangkatnya kembali keempat anggota Komite Eksekutif ini bukan berarti KPSI otomatis bubar. "Kembalinya empat Exco ini jangan terus dianggap enteng, dianggap semua beres. Jangan dianggap KPSI bubar. KPSI bubar kalau sudah ada kongres bersama dengan peserta KLB Solo," kata La Nyalla.
Dalam MoU yang ditandatangani pihak PSSI dan KPSI, keduanya sepakat menggelar satu kongres berstatus Kongres Biasa PSSI dengan anggota merujuk pada peserta Kongres Luar Biasa Solo 2011.
Namun hingga tenggat waktu yang diberikan FIFA pada 10 Desember terlewati, PSSI tak mematuhinya. Mereka menggelar kongres sendiri dengan anggota pilihan mereka sendiri.
Perbedaan peserta kongres menjadi krusial karena mayoritas peserta KLB Solo, yang mengantarkan Djohar ke kursi ketua umum PSSI, ternyata malah bergabung ke KPSI. Tak ingin digulingkan, Djohar memecat mereka yang membelot dan menggantinya dengan yang lebih loyal.
Kedua pihak akhirnya menggelar kongres masing-masing, dengan kubu KPSI tetap berpegang pada peserta Kongres Solo. FIFA sendiri akhirnya menunda hukuman dan memberikan waktu kepada PSSI hingga Maret 2013 untuk mencapai perdamaian.
Hari ini, Selasa (18/12/2012), PSSI akan mengadakan rapat Komite Eksekutif mengundang keempatnya
No comments:
Post a Comment