Sriwijaya Menang , Dua Kelompok suporter SFC baku hantam dan Buat kerusuhan
Diceritakan ketua Beladas SMS Eddy Ismail, puluhan anggotanya menjadi korban bentrok tersebut. “Perlu diperjelas, kami tidak mengetahui apa-apa langsung diserang. Karena tidak siap, puluhan anggota saya terluka,” ujar Eddy. Dijelaskan Eddy, anggotanya berangkat tidak mengenakan atribut sama sekali. “Kami menuruti semua peraturan yang dikeluarkan Polresta dan selalu siap berdamai. Tetapi kenyataannya masih saja terjadi bentrok,” sambungnya. Oleh karena itu Eddy juga mempertanyakan ketegasan Polresta Palembang dalam menegakkan aturan. “Katanya mau ditindak tegas dan ditangkapi, tapi mana buktinya. Meski banyak korban, kami malas melapor, karena respon dari Kepolisian begitu-begitu saja,” urainya sembari menyebutkan kerugian materil yang ditanggung pihaknya mencapai jutaan Rupiah.
Sementara ketua Beladas Simanis Qusoi, menyatakan anggotanya tidak ada yang jadi korban. Pria yang gemar berpakaian nyentrik ini ternyata lebih mendukung pembekuan suporter hingga batas waktu yang tidak dapat ditentukan. “Supaya yang rusak bukan hanya pentolan (unsur pimpinan, Red), tetapi juga kelompok dibawahnya. Kami sudah menurut dengan tidak menggunakan atribut, drum, dan lain-lain, kenyataannya masih saja ada bentrok,” umbarnya sembari mengkritisi satgas damai yang telah dibuat beberapa waktu lalu. Sedangkan ketua Singa Mania Deddy Pranata ketika dihubungi ponselnya, tidak diangkat. Kasatreskrim Polresta Palembang Kompol Djoko Julianto SIK MH ketika dihubungi belum ada korban suporter yang melapor ke Mapolresta Palembang. “Untuk mencegah bentrok tersebut, kita sudah minta suporter lepas atribut. Kita juga sudah menggelar razia, kedepannya akan lebih diperketat lagi,” bebernya. Ditambahkannya, Polresta Palembang sudah berupaya meminimalisir bentrok suporter. “Tetapi kalau terjadi bentrok, karena suporter berada dimana-mana, bisa saja terjadi. Terkait pembekuan, sanksi bisa lebih tegas dengan pertandingan tanpa penonton,” tegasnya.
Terpisah, akibat dari bentrok tersebut, masyarakat umum banyak yang jadi korban. Salah satunya anggota DPRD Kabupaten OKU Timur Eni Melani. Mobil sedan mewah miliknya, Honda Accord mengalami kerusakan parah lantaran lemparan batu. Diceritakan ketua DPC partai Hanura OKU Timur ini, sepulang dari Jakarta, dirinya berniat langsung pulang ke rumahnya yang berada disekitar area depan kantor Bank SumselBabel Jakabaring. Namun, sebelum pulang ke rumah, dia mengisi angin ban mobil di depan kantor Bank Sumsel Babel Jakabaring. Ketika turun, dia melihat tawuran antar suporter Sriwijaya FC. ”Saya dan anak-anak menjadi ketakutan karena ketika tawuran para suporter ada yang membawa kayu gelam dan batu.
Sehingga kita langsung meninggalkan mobil dan langsung menyelamatkan diri,” ujarnya. Pasca tawuran, sambungnya, dia melihat kondisi mobil honda Accord yang ditinggalkannya rusak parah. Kaca mobil pecah seribu dan bagian samping mobil tergores. ”Saya tidak tahu ada pertandingan bola sore ini (kemarin, Red) yang berujung pada tawuran. Alhamdulilah saya dan anak-anak bisa menyelamatkan diri,” ungkap Eni. Dia menuturkan, seharusnya manajemen Sriwijaya FC harus bisa melakukan pengamanan lebih ketat ketika membuat pertandingan. Kalau tidak bisa membuat pengamanan, tidak usah membuat pertandingan. ”Saya disini mengalami kerugian moril dan materil. Oleh karena itu, saya menuntut manajemen Sriwijaya FC,” tegasnya. Lebih lanjut, Eni mengungkapkan, dia sempat berteriak minta tolong kepada aparat kepolisian yang melintas saat suporter tersebut merusak mobilnya. Namun teriakannya tidak dihiraukan oleh aparat kepolisian. ”Ketika mobil saya dirusak, ada empat orang polisi yang melintas. Tapi mereka tidak menghiraukan teriakan saya yang minta tolong,” tandasnya. (gjt)
No comments:
Post a Comment