UP
    Latest News

Ubi kayu (singkong)


Daerah penghasil singkong adalah Sumatera Selatan, Lampung, Madura, Jawa Tengah (Wonogiri), dan Yogyakarta (Wonosari).
Festival Ketela 2011
Kamis, 03 Mei 2012 14:35 WIB
Indonesia adalah negara yang kaya raya, ijo royo-royo gemah ripah loh jinawi. Faktanya negara kita masih bergantung dengan bahan baku pangan impor. Seperti beras, gandum, dan sebagainya.  Indonesia, negeri yang tanahnya subur dan memiliki berbagai varian produk pangan, ternyata belum mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduknya dengan produk buatan sendiri alias produk lokal.
Memang aneh tapi nyata, Indonesia yang kaya akan sumber pangan justru banyak menggantungkan bahan pangan dari luar negeri, dan produk pangan lokal seperti singkong dan sagu di anak tirikan dan dipandang sebelah mata. Padahal singkong (manihot utilisima)  sebagai bahan baku pangan  lokal, aseli indonesia, memiliki kandungan gizi yang sangat baik untuk kesehatan.

Singkong mengandung kalori, protein, lemak, hidrat arang, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B, vitamin C serta amilum, bahkan singkong juga mengandung karbohidrat kompleks, dan juga bebas glutein sehingga bagus bagi penderita diabetes dan authis. Namun, singkong masih memiliki pandangan yang negatif atau kurang berkelas di mata masyarakat, seperti ndeso, kampungan, murahan, kere, dan sebagainya. bahkan dibeberapa daerah ada ejekan ‘TELO’ untuk orang yang dianggap kampungan. Kondisi tersebut menyebabkan ketahanan pangan Indonesia menjadi rapuh, padahal singkong merupakan potensi yang luar biasa untuk dijadikan sumber pangan kita. Dengan kondisi demikian, harus dibuktikan bahwa singkong dapat diolah menjadi makanan yang enak dan bergizi.
Saat ini pemerintah mulai giat mengkampanyekan ketahanan pangan nasional. Hal ini dibuktikan dengan adanya Badan Ketahanan Pangan Nasional. Badan Ketahanan Pangan dan  Kementerian Pertanian berencana menggenjot diversifikasi sumber pangan masyarakat, salah satunya singkong. Ini sesuai dengan gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP). Bahkan dengan adanya gerakan diversifikasi tanaman pangan,agar tidak hanya terfokus pada komoditas beras telah berhasil meningkatkan produksi singkong nasional. Berdasarkan data Kementerian Pertanian, tahun 2008 lalu produksi singkong nasional mencapai 21,75 juta ton dan meningkat menjadi 22,04 juta ton pada tahun 2009. Tingkat produktifitasnya juga terus meningkat dari 180,57 kuintal per hektare di tahun 2008 menjadi sekitar 189,86 kuintal per hektare tahun 2009.
Namun terlepas dari tingkat produksi yang ada, sebenarnya kendala yang paling besar adalah masih awamnya masyarakat terhadap produk pangan lokal mereka sendiri. Contoh yang paling besar adalah Yogyakarta sebagai daerah penghasil singkong No.1 di Pulau Jawa dengan produksi kurang lebih 800.000 ton per tahun, masyarakatnya masih menganggap singkong sebagai panganan murahan, kampungan. Masyarakat butuh diedukasi bahwa singkong bisa diolah menjadi bermacam-macam kreasi makanan yang enak, lezat, bergizi dan jauh dari kesan ndeso.
Berpegang dari masalah itulah Festival Tela Dari Jogja Istimewa Untuk Indonesia diselenggarakan. Diorganisir oleh Cokro Tela Cake dan Satu Hati Event Organizer, festival ini diadakan untuk mengingatkan dan mengedukasi  masyarakat akan potensi pangan lokal khususnya di Yogyakarta. Cokro Tela Cake sendiri sebagai sebuah toko oleh-oleh yang menjajakan alternatif unik oleh-oleh khas Jogja berupa cake yang terbuat dari singkong 101% aseli tanpa terigu, ingin mengenalkan pada masyarakat bahwa singkong yang berpotensi sebagai sumber pangan lokal dapat diolah menjadi cake yang enak, lezat, kaya serat, bebas gluten, dan mengandung karbohidrat komplek, yang bahkan jauh dari kesan panganan ndeso.
 Festival Tela akan berlangsung di halaman parkir komplek Puro Pakualaman Yogyakarta selama 2 hari yaitu pada tanggal 16 dan 17 Juli 2011, dan akan diadakan kegiatan pra festival yaitu pada tanggal 1-15 Juli 2011. Pada tanggal 16 akan diadakan perang sego tiwul , yaitu perayaan dengan saling melempar sego tiwul dan tepung singkong,yang intinya untuk membuang kesialan, berharap semoga semua kebaikan saja yang akan terjadi dalam kehidupan manusia. Pada puncak acara yaitu tanggal 17 Juli 2011 akan diadakan pemecahan rekor MURI yaitu keaneka ragaman olahan makanan berbahan baku tela yang diprakarsai oleh Toko oleh-oleh khas Jogja, Cokro Tela Cake dan Badan Ketahanan Pangan Propinsi DIY, juga pemecahan rekor MURI franchise Guest House pertama di Indonesia yang diprakarsai oleh Simply Homy Guest House, akan ada juga ada arak-arakan gunungan Telo yang diarak oleh prajurit bergodo sebagai simbol kesatuan dan bahwa bangsa ini dapat mandiri dengan hasil bumi sendiri. Selain itu pada tanggal 17 Juli 2011 juga akan dideklarasikan tentang daulat pangan yang ditanda tangani oleh wakil masyarakat Yogyakarta dan stake holder terkait sebagai bentuk daya dukung masyarakat Yogyakarta terhadap ketahanan pangan nasional. Festival Tela Indonesia 2011 juga didukung sepenuhya oleh Dinas Pariwisata Propinsi DIY.
Panitia Festival Tela Indonesia juga mengundang seluruh masyarakat dan juga stake holder yang memiliki produk olahan berbahan dasar ketela untuk dapat melakukan pameran gratis pada tanggal 17 Juli 2011 dalam rangkaian kegiatan Festival Tela Indonesia 2011.
Informasi lebih lanjut untuk pendaftaran peserta festival yaitu produk olahan tela d

No comments:

Post a Comment